Selasa, 09 September 2008

Menggali Bakat di Dunia Iklan


Nur El Yakin

Ia pernah nyantri, ia hidup di dunia entertainment yang cenderung bebas. Bagaimana ia tak terpengaruh bahkan mempengaruhi? Ikuti kisahnya.

Siang itu, suasana kampus Interstudi di bilangan Panglima Polim, Jakarta Selatan nampak riuh oleh para mahasiswa. Mereka ada yang diskusi, buka-buka buku, ngobrol seputar materi di kampus, ada juga yang sekadar nongkrong menunggu jam masuk kuliah.

Adalah Nur El Yakin yang biasa dipanggil teman-temannya Nanang, mahasiswa jurusan Desain Grafis ini nampak berbeda dengan teman sekampusnya, terutama nasibnya. Pasalnya, meski sebagai mahasiswa, ia bisa mengatur waktunya untuk kegiatan mencari rezeki, yakni menjadi bintang iklan dan pemeran film anak-anak.

Nanang, lajang kelahiran Tangerang 27 September 1979 ini suka tampil dengan kaos oblong berbalut jaket, celana ketat, tas kecil di pahanya, kalau anak sekarang menyebut ’tampil gaul’.

Tampilannya yang gaul suka dipadu dengan jock-jock yang menyasar teman-teman sekampusnya. Tak heran, jika tawa pun sering pecah di antara kerumunan mahasiswa Interstudi.

Humoris tapi kreatif. Inilah yang melekat pada diri Nanang. Maklum saja, Nanang sejak belajar di pesantren Gontor memang suka menggambar karikatur, baik untuk konsumsi sendiri atau dipajang di majalah dinding. Makanya tak heran jika gambar-gambar yang dibuatnya terkadang mewakili imajinasinya yang kocak.

Suatu hari, di tahun 2001, sikap kocak, humoris, yang dipunyai Nanang menjadi senjata ampuh untuk mengembangkan bakatnya. Saat itu, ketika sebuah perusahaan besar yang memproduksi baterai bermerk ’National’ membutuhkan sosok kocak untuk memerankan iklan produknya.

Melihat peluang ini, Nanang tak tinggal diam. Ia pun mencoba ikut daftar menjadi peserta casting. Saat itu, kebetulan tes castingnya berada di kampus, jadi ia bisa leluasa mempersiapkan dirinya. Dengan kemampuan seadanya ditambah bisa acting kocak, ia pun harus bersaing dengan 200-an peserta. ”Awalnya saya nggak yakin bisa kepilih karena pesaingnya banyak sekali,” paparnya.

Dari 200-an peserta yang diambil hanya satu orang. Nanang pun hanya bisa berusaha semaksimal mungkin memberikan apa yang dibutuhkan oleh penguji tes. Baginya, kapan lagi bisa ikut tes kalau tidak dimulai. Kesempatan mahal harganya. Akhirnya dengan niat mencari rezeki Allah, ia pun memantabkan dirinya ber’tarung’ dengan para peserta lain. Alhasil, setelah sepekan menunggu hasilnya menggembirakan, ia pun terpilih.

Haru, syukur, dan senang perasaan Nanang saat itu. Ia lalu sujud syukur atas kelulusannya. Ia merasa, bahwa apa yang dihasilkan itu berkat doa kedua orangtuanya dan izin Allah. ”Alhamdulilah, berkat doa orangtua, saya lolos,” kenang putra dari pasangan Lahmudin dan Ena Roslainah ini.

Sebelum dinyatakan lolos oleh panitia, selama itu ia pernah berangan-angan, bagaimana rasanya bisa masuk televisi. Angan-angan itu pun terwujud. Dirinya berkali-kali muncul di layar televisi meski hanya beberapa detik, baginya hitungan detik menjadi sangat berarti ketika ia memasarkan sebuah produk.

Gayung pun bersambut, tampilannya dalam beriklan ternyata mengundang orang-orang di bidang advertising berminat memakai jasa Nanang. Bahkan produk baterei ini pun memercayakan sosoknya untuk yang kedua kalinya.

Permintaan untuk menjadi bintang iklan, akhirnya datang silih berganti. Ia pun kadang tak sendirian memerankan acting dalam iklan, ia pernah bersanding dengan orang-orang yang selama ini hanya ia lihat di layar kaca. Seperti Komeng, Bajuri, Basuki (alm), dan lain sebagainya.

Menurut hitungan Nanang, hingga saat ini sudah ada 25 tayangan iklan yang memakai jasa kekocakannya. ”Alhamdulillah jadi pemeran terus dan tak pernah ecek-ecek, I am sorry...” ucapnya sambil mengekspresikan kekocakannya.

Mujur, dari aktivitas iklan ini ia bisa meringankan beban orangtuanya dalam membiayai kuliahnya, yang saat ini dalam proses skripsi.

Tak hanya dunia casting ia jalani, ia juga mengembangkan bakatnya di dunia layar lebar. Masih sebagai tampilan yang kocak, di film anak-anak dengan judul ’Liburan Seru’ ini, ia memerankan seorang penjahat.

Film besutan sutradara Sofyan D Surza ini akan digelar perdana di Planet Hollywood, Jakarta Selatan pada bulan Juli mendatang. Film berdurasi 90 menit ini bercerita tentang petualangan seorang anak ketika menikmati liburan sekolah. Di situlah, ia perankan sosok penjahat culun. ”Namanya film anak-anak jadi penjahatnya cari yang culun-culun, seperti saya,” terangnya sambil mengulas senyum.

Bermain di dunia layar lebar, bagi Nanang pengalaman pertamanya. Karenanya, ia terus beradaptasi dengan karakter yang ia perankan. Sebagai penjahat culun, tentunya ia harus bisa memainkan mimik atau sikap sebagaimana orang culun, bodoh, alias bloon. Awalnya, merasa sulit, tapi dengan usaha keras akhirnya karakter itu bisa ia lakukan. ”Tonton aja filmnya lucu loo,” katanya.

Apakah tertarik dengan dunia sinetron? Saat pertanyaan itu meluncur, Nanang hanya menjawab, ”Tertarik sih, kalau ada tawaran, semua bisa dicoba,” katanya. Nanang juga memberi syarat jika mau main sinetron, asal perannya tidak yang cabul-cabul karena urusannya bisa panjang.

Namun, ia lebih menikmati layar lebar daripada sinetron, pasalnya prosesnya kalau film lebih pendek, sedangkan untuk sinetron terlalu panjang waktu yang dipergunakan untuk syuting.

Untuk film barunya itu, ia hanya menghabiskan waktu sebulan, itu pun sudah menjadi tayangan film. Berbeda dengan sinetron yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, karena waktu tayangnya juga panjang.

Nanang mengakui, kalau dirinya tidak terlalu ngoyo di dunia entertainment. Ke depan, imbuhnya, dirinya akan fokus pada dunia desain grafis yang sekarang jadi studinya. ”Saya mau fokus ke desain aja. Casting sambil menyelam minum air,” ujar putra kelima dari enam bersaudara ini.

Dunia desain grafis yang ia tekuni selama ini juga sudah membuahkan hasil, padahal skripsinya hingga tulisan ini diturunkan masih dalam penyelesaian. Salah satu karyanya adalah interior kantor Doraemon di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.

Selain itu juga masih banyak order dari perusahaan-perusahaan kontraktor perumahan yang memakai jasa grafisnya. Begitu juga sebuah warung betawi yang ada dekat rumahnya, juga garapan Nanang.

3 Kiat Jaga Diri

Tak dipungkiri, aktivitasnya di dunia advertising membawanya pada lingkungan pergaulan bebas. Bagi Nanang yang juga jebolan pesantren Gontor, hal ini menjadi ujian paling berat.

Dunia glamour para selebriti maupun calon selebriti yang kerap menghiasi kehidupannya menjadi tantangan tersendiri baginya. Apalagi, ia juga aktif dalam kegiatan mencari bibit-bibit menarik untuk sebuah iklan produk, yakni aktivitas casting.

Bahkan saat ditemui Majalah Gontor pun, ia terlihat sibuk menyeleksi orang-orang yang layak dan pantas menjadi pemeran iklan minuman berenergi sekelas Mizon di rumah susun di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Jumlahnya, imbuhnya, bisa mencapai ratusan orang.

”Kalau tak bisa menjaga diri, bisa saja saya menyalahgunakan peran saya untuk hal-hal yang tak pantas,” katanya.

Sekelilingnya boleh kehidupan glamour dan poya-poya, wanita-wanita cantik yang haus popularitas, tapi bagi Nanang semua itu hanya semu dan menyenangkan sesaat. Menurutnya banyak orang yang mengejar-ngejar bisa acting dan terkenal di televisi, lalu menggunakan segala macam cara.

Menurut pengakuannya, banyak peserta yang kelebihan uang, tapi karena ingin dikenal, maka ia menggunakan cara yang tak pantas. Dan kejadian seperti ini, kerap ia temui saat menjaring para peserta casting. ”Apa pun dilakukan sampai menjual diri,” ungkapnya.

Ada beberapa kiat yang ia pakai dalam menghadapi lingkungan yang cenderung bebas. Pertama, ia selalu ingat yang menciptakan dirinya. Bagi Nanang, dirinya tak berarti tanpa campur tangan Yang Kuasa, Allah. Kedua, ingat orangtua. Orangtua, bagi Nanang sosok yang banyak memberikan arti dalam kehidupannya, karenanya ia selalu meminta doa orangtua dan mendoakan orangtua. Ketiga, ingat pesantren Gontor. Bagaimana pun juga, sosok Nanang adalah pernah nyantri di sebuah pesantren besar bernama Darussalam, Gontor.

”Saya selalu teringat wejangan-wejangan yang kerap disampaikan saat belajar di Gontor, salah satunya, hidup sekali hiduplah yang berarti,” kenangnya.

Selain itu, ia juga mencoba menerapkan kandungan sebuah mahfudlat yang berbunyi ’man jadda wa jadda’ barang siapa bersungguh-sungguh maka akan memetik hasilnya. Bukan omong kosong, Nanang pun membuktikan hikmah dalam kalimat sakti tersebut.

Kendati ia terkenal dengan produk-produk iklannya, Nanang merasa itu hal yang biasa. Baginya, aktivitasnya ini akan menjadi luar biasa ketika dirinya bisa pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Obsesi Mempekerjakan Preman

Kehidupannya yang dekat dengan dunia bebas, membuatnya kerap bertemu dan kumpul dengan para preman, semisal di wilayah Blok M. Tak jarang, ia disapa secara tiba-tiba oleh preman terminal atau pasar. Meski awalnya Nanang tak kenal. ”Sempet kaget sih, tapi setelah lama akhirnya akrab,” ungkap tamatan Madrasah Aliyah Pondok Labu ini.

Tak jarang, Nanang pun harus ikut di kelompok para preman meski tak melakukan apa yang biasa mereka lakukan, seperti ngedrag, cimeng, diskotik atau lainnya. Kuncinya, imbuh Nanang, harus tegas saat pertama kali bertemu mereka. ”Jika plin-plan, mereka akan mencekoki kita dengan kebiasaan mereka,” jelasnya.

Bahkan, kata Nanang, kalau preman sudah mengenal seseorang yang tidak memakai ngedrug, cimeng sejak awal, maka ia akan konsisten untuk tidak menawarkan kepada yang dari awal bersih.

Nanang sebenarnya memiliki misi suci ketika ia berhadapan pada segerombolan preman yang ia temui. Misi itu adalah memberikan pekerjaan yang layak agar mereka produktif, namun dengan syarat mereka harus shalat lima waktu. ” Mabuk gak apa-apa yang penting shalat dulu,” tegasnya.

Sebagai seorang yang pernah nyantri, ia kerap menyindir teman-temannya untuk shalat. ”Ayo shalat ntar di shalati mau nggak?” begitu sindiran yang kerap meluncur dari bibir Nanang.

Bersyukur, meski dengan sindiran singkat namun sering, ia bisa mengajak sebagian preman beralih jalur ke arah yang lebih baik, misalnya sudah mau menjalankan shalat meski pun masih ngedrag. Bagi Nanang, semua butuh waktu dan proses. ” Ya semua kembali ke hati masing-masing dan jika bersamaan dengan hidayah Allah akan ikut juga,” tuturnya. [] roji

Tidak ada komentar: