Jumat, 15 Februari 2008

Untung dari Cuci Steam


Kerjasama pemodal usaha cuci-steam dengan karyawannya menggunakan model bagi hasil 50:50. Namun keuntungan yang diperoleh pemodal tetap besar.


Sekali sepekan, Febi, mahasiswa semester akhir Universitas Trisakti, Jakarta, mencucikan mobilnya di Arema, tempat usaha cuci-steam di jalan Kalimalang, Jakarta Timur. Kadang-kadang dua kali dalam sepekan ia mengunjungi usaha cuci mobil itu.

Sekali cuci, Febi harus merogoh koceknya sebesar Rp 10 ribu. Coba bayangkan, bila ada 50 orang seperti Febi yang mendatangi tempat cuci-steam itu, maka pendapatan kotor Arema bisa mencapai Rp 500 ribu sehari. Lumayan bukan?

Rutinitas cuci-mencuci di Arema hampir tak pernah sepi. Setiap hari selalu ada pengemudi mobil atau motor yang mampir. Bahkan, malam hari pun mereka kedatangan pelanggan.
Arema, atau singkatan dari Arek Malang (anak Malang), milik Makmuriyanto. Pemuda asli Malang ini mengawali bisnisnya sejak tahun 1998. Tanah tegal seluas 7 x 5 meter persegi ia sulap menjadi tempat cuci-steam. Modal awalnya sekitar Rp 50 juta. Kini ia telah memiliki delapan karyawan.

Hebatnya, model yang ia terapkan bersama karyawan adalah bagi hasil (//mudharabah//). Nisbah bagi hasilnya pun cukup tinggi, 50:50. Dalam sehari mereka bisa kedatangan ''tamu'' sebanyak 30 hingga 50 kendaraan.

Sebagian besar kendaraan yang datang adalah mobil. Sementara motor tidak terlalu banyak, ''Perbandingannya 60 banding 40,'' kata Andi, salah seorang tenaga operasional Arema.
Menurut Andi, para pelanggan yang datang lebih banyak saat jam pulang kerja atau hari Sabtu dan Ahad. Pada dua hari tersebut banyak pemilik kendaraan yang libur kerja dan memanfaatkan waktunya untuk mencuci mobil. Jumlah pelanggan yang datang pada hari libur tersebut bisa mencapai 50 orang.

Jika pelanggan banyak, para karyawan kerap kewalahan melayani mereka. Namun ketika sepi, seluruh karyawan akan bahu-membahu mencuci satu kendaraan yang datang.
Dalam sehari, kata Andi, mereka mencuci 30 mobil dan 20 motor. Tarif untuk mobil Rp 10 ribu dan motor Rp 6 ribu. Dari cuci mobil, mereka bisa memperoleh pemasukan sebesar Rp 300 ribu per hari. Sedang dari motor mereka bisa memperoleh Rp 120 ribu. Jadi total pemasukan mencapai Rp 420 ribu per hari.

Dari jumlah itu, para karyawan mendapat Rp 210 ribu yang akan dibagi kepada delapan orang. Masing-masing akan mendapat Rp 26.250 per hari, atau Rp 787.500 setiap bulan.
Begitu juga Makmur memperoleh Rp 210 ribu. Dengan demikian pendapatan kotor Makmur dalam sebulan mencapai Rp 6,3 juta.

Musim hujan

Andi mengakui bisnis cuci steam akan ramai ketika musim hujan. Kendaraan sangat mudah terkena kotoran, terutama dari percikan air hujan. Sedangkan musim panas, tak banyak pelanggan yang datang. ''Kalau musim kemarau kendaraan hanya berdebu. Tapi kalau musim hujan, kendaraan banyak yang berlumpur, sehingga cenderung lebih kotor,'' katanya.
Sama halnya dengan Arema, cuci steam Family yang berlokasi di jalan raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, juga tak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan, jumlahnya jauh di atas Arema, yaitu antara 50 hingga 100 kendaraan per hari.

Cuci steam Family berdiri tahun 2002. Awalnya, Barriyah, pemilik Family steam, membuka warung sederhana di tempat tersebut. Karena kurang laku, ia memberanikan diri membuka usaha lain. Maka, di lahan seluas 4 x 10 meter di depan warungnya, ia bangun bisnis cuci steam.
Beruntung Bariyyah sudah punya tanah. Sehingga modal awalnya jauh lebih kecil dibanding Makmur, yaitu Rp 10 juta.

Uang sebanyak itu ia gunakan untuk membeli beberapa peralatan cuci steam seperti jetpam, stick penyemprot, selang, kran, lap, sampo, dan lain sebagainya.
Setiap hari, Barriyah membuka bisnisnya pukul 08.00 WIB hingga 24.00 WIB. Setiap kendaraan ia patok dengan harga bervariasi. Motor dikenakan biaya Rp 6 ribu, mobil Rp 12 ribu, dan angkot Rp 8 ribu.

''Sekitar 90 persen kendaraan yang cuci di tempat saya adalah motor, sisanya mobil dan angkot,'' katanya.

Sebagaimana Arema, Family juga menerapkan sistem bagi hasil. Namun nisbahnya tak sama. Untuk motor, misalnya, dari upah Rp 6 ribu, Barriyah memperoleh Rp 3.500 sedangkan karyawan Rp 2.500. Sedang untuk mobil dan angkot, nisbahnya 50:50.
''Semua peralatan dan sampo saya yang menanggung. Mereka (karyawan) hanya mencuci saja,'' kata Barriyah yang kini ia memiliki 9 karyawan.

Jika setiap hari ada 100 kendaraan yang masuk, maka pendapatan kotor Barriyah mencapai Rp 350.000 atau Rp 10.500.000 setiap bulan. Sedangkan sembilan karyawannya masing-masing mendapat Rp 27.500 per hari, atau Rp 825.000 setiap bulan.

Biaya operasional

Biaya operasional bisnis cuci steam tak terlalu tinggi. Dalam sebulan Barriyah mengeluarkan uang sebesar Rp 500 ribu. Uang tersebut digunakan untuk membeli sabun dan biaya listrik. Sedangkan untuk peralatan seperti selang, stick, dan lap biasanya 3 bulan sekali diganti. Mesin jetpam 2 tahun sekali diganti.
Barriyah mengaku keberhasilan bisnis cuci steam bertumpu pada pelayanan kepada pelanggan. Jika pelanggan puas, mereka akan kembali. Jika tidak mereka akan pindah ke tempat lain.

Tahapan Mencuci

Mula-mula kendaraan disemprot menggunakan steam I. Setelah itu dilap pakai sabun khusus sambil dibersihkan seluruh bagian kendaraan, baik luar maupun dalam. Selanjutnya disemprot kembali menggunakan mesin yang sama. Kemudian dikeringkan dengan lap kanebo (lap kering penghisap air). Setelah itu bannya disemir agar terlihat hitam. n rozi


Kuntungan Bisnis Cuci-steam

Biaya investasi (asumsi jika punya tanah sendiri):
Biaya pengadaan jetpam dan perangkat steam: Rp 10 juta

Biaya operasional sebulan:
Perawatan alat, kebersihan, sampho dan listrik Rp 500.000

Pendapatan per bulan :
1. Tarif motor: Rp 6.000. Setiap hari ada 100 motor. Maka 100 motor x Rp 6.000 x 30 hari = Rp 18.000.000.
2. Bagi hasil dengan karyawan (3:2) = Rp 7.500.000. Jadi, Rp 18 juta - Rp 7,5 juta = Rp 10,5 juta.

Keuntungan bersih per bulan Rp 10.500.000 - Rp 500.000 = Rp 10.000.000

1 komentar:

clokkluch mengatakan...

hmmmmm.....menarik sekali bang broww.
ane jugag mau ikud andil bagian deh!!!!!!!!!

heehee!!!!