Selain pasarnya terbuka, bisnis merangkai bunga juga tidak harus dijalankan dengan modal besar.
Bunga, tidak hanya identik dengan ungkapan kasih sayang atau sekedar untuk duka cita. Bagi sebagian orang yang kreatif dalam merangkai, bunga bisa menjadi lahan usaha yang menjanjikan keuntungan.
Kendati demikian, berjualan rangkaian bunga kondisinya tidak jauh berbeda dengan bisnis lainnya. Terkadang ramai dan bisa meraup banyak untung, tapi terkadang usaha ini juga membawa risiko kerugian. Namun menurut beberapa pedagang bunga di bilangan Tebet dan Kalibata Jakarta Selatan, prospek bisnis ini cukup bagus.
”Jualan bunga itu gampang-gampang susah. Kalau sedang ramai, ya ramai. Tapi kalau lagi sepi, ya sepi,” ungkap Nuryadi, pedagang rangkaian bunga di Pasar Bunga, Tebet. Karena itu, agar tidak merugi besar, para pedagang bunga harus pandai membaca perubahan situasi pasar.
Nuryadi menjalani bisnis merangkai bunga sejak tahun 2000 dengan modal Rp 35 juta. Modal ini dia gunakan untuk menyewa tempat dan membeli beberapa peralatan terkait bisnisnya. Seperti: bunga, papan, kayu, pisau, gunting, vas atau pot kertas, pita, dan lain sebagainya.
Untuk memberi pelayanan maksimal, Nuryadi menyediakan beberapa model rangkaian bunga, sesuai dengan kebutuhan pembeli.
Jenis bunga yang dipasang pun cukup beragam, mulai dari bunga melati, mawar, sedap malam, aster, leli, casablanca, anggrek dan lainnya. Semua bunga yang dipasang bunga hidup dan masih segar. Namun jika pembeli menginginkan bunga mati, Nuryadi juga menyediakannya.
Menurut Nuryadi, bunga-bunga yang masih segar didatangkan dari beberapa daerah penghasil bunga. Seperti Bandung, Bogor, Sukabumi, Subang dan kota-kota lain. Rata-rata bunga yang dia pesan hanya bertahan hingga satu pekan, lebih dari itu bunga akan layu.
Harga yang dipatok Nuryadi pun cukup bervariasi, mulai dari rangkaian seharga Rp 5 ribu hingga Rp 1 juta. Harga termurah adalah untuk sebatang bunga mawar, dan yang termahal bisa berupa rangkaian bunga spesial dengan tingkat kerumitan tinggi, atau aneka varian bunga yang sulit diperoleh. Menurut Nuryadi, rangkaian bunga yang laris di pasaran jenis adalah rangkaian ungkapan untuk pernikahan, peresmian gedung, dan bela sungkawa.
Dalam sebulan, Nuryadi bisa menjual 50 hingga 100 rangkaian bunga. Omzet rata-ratanya dapat mencapai Rp 15 juta hingga Rp 30 juta. Dan biasanya pesanan paling banyak datang pada musim-musim pernikahan dan Hari Raya, seperti Idul Fitri dan Natal. Banyak juga pesanan yang dibuat untuk acara peresmian atau bela sungkawa. Dan saat Hari Raya, seperti Lebaran atau Natal, yang biasanya laku adalah buket bunga.
Untuk menjalani bisnis ini, pebisnis harus memiliki dua kali lipat modal guna menutupi biaya saat usaha sepi. Modal cadangan juga bisa dimanfaatkan ketika pesanan melonjak. Dengan modal tersebut suplai bunga bisa ditingkatkan untuk memenuhi tambahan pesanan yang kadang tak terduga.
Lain halnya dengan Nuryadi, pedagang bunga berlabel Trully yang dikomandoi Miskar juga merasakan keuntungan dari bisnis ini. Pasalnya, dalam sebulan Miskar mampu menjual 100 hingga 200 rangkaian bunga.
Harga rangkaian bunga yang dijajakan di kiosnya bervariasi, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta. Seperti usaha yang dikelola Nuryadi, Miskar juga menyediakan berbagai model kebutuhan pembeli. Misalnya rangkaian bunga untuk peresmian kantor, peresmian rumah baru, pernikahan, kematian, kelahiran, ungkapan bahagia kepada seseorang, dan lain sebagainya.
Miskar menggeluti usaha ini karena dianggap masih cukup jarang di Jakarta. dia mencoba menangkap peluang ini sebagai lahan bisnis mengingat kebutuhan orang-orang kaya terhadap rangkaian bunga untuk menyampaikan ungkapan hati mereka.
Untuk memberi karya terbaik, Miskar mengaku belajar sendiri dalam merangkai bunga. Ia sering melihat berbagai desain di buku-buku atau majalah. Karena seringnya memegang bunga untuk dirangkai, akhirnya dia inspirasinya dalam merangkai pun muncul tanpa disadari.
Selain itu, beragamnya permintaan model rangkaian dari pembeli juga menjadi tantangan tersendiri bagi Miskar untuk meningkatkan penguasaan merangkai bunganya. “Desain-desain dari inspirasi sendiri, dan disesuaikan dengan pesanan pembeli,” katanya.
Miskar mengakui, rangkaian bunga yang dia jajakan mengalami peningkatan penjualan ketika hari Sabtu dan Ahad. Pasalnya pada dua hari tersebut, banyak masyarakat melangsungkan pernikahan atau acara kumpul-kumpul. Selain Sabtu dan Ahad, hari Lebaran dan Natal juga meningkatkan penjualan.
Menurut Miskar, jika kondisinya ramai, dia bisa memiliki omzet penjualan Rp 50 juta perbulan. Kendati demikian, Miskar cukup mengalami kendala ketika musim kemarau datang. Karena biasanya bunga yang dia dapat dari pemasok bunga di luar daerah menjadi agak tersendat karena sumber pohonnya tidak berbunga atau mati.
Berbeda dengan Aziz, pedagang rangkaian bunga yang //mangkal// di bilangan kompleks DPR RI, yang mengakui gampang-gampang susahnya bisnis merangkai bunga. Karena pembelinya bermusim. Kalau musim menikah, dagangannya akan laris, tetapi di musim Assyura akan menurun karena tidak banyak orang yang menikah di musim tersebut.
Kendati demikian, Rio Decoration yang dikelola Aziz juga masih kerap melayani kebutuhan kalangan yang akan meresmikan gedung, memberi ucapan belasungkawa, kelahiran, ucapan selamat datang, dan lainnya.
Jenis rangkaian bunga yang ditawarkan kios ini berupa rangkaian papan //stick//, parsel, bunga kran, //hand bucket//, dan lain sebagainya. Untuk memudahkan calon pembeli, Aziz memberi selebaran foto-foto hasil karya yang pernah dia garap dalam kertas berwarna dan menarik. “Dengan brosur ini akan lebih mudah menawarkan model yang akan dibuat untuk pembeli,” katanya.
Dalam sebulan, Aziz mengaku hanya mampu menjual 10 hingga 20 buah rangkaian bunga. Dia beralasan, lokasi usahanya saat ini masih tergolong baru, karena baru berdiri tahun 2006. Jadi masih belum banyak orang yang tahu lokasi tersebut. Meskipun demikian, dia tidak berkecil hati untuk terus menjual dagangannya hingga laku. “Salah satu usaha untuk memasarkannya adalah lewat brosur,” paparnya.
Meski demikian, bisnis bunga ini bukannya tanpa kendala. Para pedagang bunga rata-rata mempunyai masalah dalam pemasarannya. Untuk mengatasi kendala tersebut, sebagian pedagang kerap melakukan promosi dengan mengunjungi kantor-kantor membawa album berisi gambar-gambar hasil rangkaian bunga mereka. Atau juga dengan cara membuat iklan di media massa. Atau melakukan kerjasama dengan unit usaha lain.
Kendala lain yang kerap terjadi adalah dalam proses pengadaan bunga. Terlebih minimnya stok bunga saat pesanan melonjak, atau saat musim kemarau. Jika tidak teratasi, problem ini akan mempengaruhi jadwal pengiriman bunga pesanan dan mengganggu layanan kepada pelanggan.
Boks
Tips Usaha Merangkai Bunga
1. Carilah tempat strategis, tempat yang banyak dilalui orang dan mudah dijangkau.
2. Usahakan ada cukup tempat parkir bagi pembeli untuk memarkir kendaraannya. Pasalnya, sebagian besar pembeli rangkaian bunga adalah kalangan orang berada.
3. Memiliki kendaraan //pick-up// pribadi guna memudahkan proses antar barang dan pesanan pembeli.
4. Memperkaya model desain rangkaian bunga, dengan banyak membaca buku atau majalah tentang bunga dan karakternya.
5. Selalu tersenyum saat menghadapi calon pembeli untuk memberi //service// terbaik dan memuaskan. (rozi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar