Jumat, 15 Februari 2008

Mengais Rezeki dari Rambut


Modal awal membuka bisnis potong rambut cuma Rp 10 juta. Dalam waktu empat bulan, modal tersebut bisa kembali.


Rambut ibarat mahkota. Ungkapan tersebut melukiskan betapa penting memelihara rambut dengan baik. Bila mahkota sudah tak rapi tentu sang 'pemakainya' akan merasa tak nyaman bukan!

Kebutuhan manusia untuk merapikan rambut, termasuk memangkasnya, menciptakan peluang menggiurkan bagi sebagian orang. Agus Wahid (35), misalnya, mengaku dalam sehari bisa mengantongi uang sebesar Rp 90 ribu sampai Rp 120 ribu. Berarti, dalam sebulan ia bisa mengumpulkan antara Rp 2,7 juta sampai Rp 3,6 juta.

Agus membuka usahanya di bilangan Pasar Pal, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ia membuka usaha ini sejak tahun 1990. Awalnya ia hanya ikut sang kakak yang juga berprofesi sebagai tukang cukur. Lalu Agus memberanikan diri membuka kios sendiri.

''Pertama kali saya gemetar memegang kepala orang. Tapi lama-lama biasa,'' kisahnya kepada Majalah Gontor saat ditemui di kiosnya belum lama ini.

Menurut Agus, kebanyakan orang mencukur rambutnya sebulan sekali. Karena itu, logikanya, usaha potong rambut ini tak akan sepi peminta. Apalagi jumlah penduduk semakin lama semakin banyak. Jadi, keberhasilan usaha ini tergantung pada kemampuan kita memuaskan pelanggan dan menang dalam bersaing.

Untuk mendirikan kios pangkas rambut secara sederhana, kata Agus, cukup menyediakan modal awal sekitar Rp 10 juta. Modal ini digunakan untuk menyewa tempat, membeli perlengkapan cukur seperti cermin, meja, kursi, gunting, sisir, cukur rambut, bedak, kain handuk, kain penutup badan, alat pencukur mesin, dan lainnya.

Perawatan alat-alat cukur tak terlalu sulit. Menurut Agus, dalam setahun ia hanya sekali meminta jasa servis kepada orang lain. Itu pun tak semua alat. Cuma alat-alat elektronik seperti mesin pencukur. Selebihnya, seperti gunting, handuk kecil, kain penutup badan, cukup diservis sendiri. "Kalau yang rusak mesin cukur, saya serahkan kepada ahlinya. Kalau gunting, bisa saya tangani sendiri," ungkapnya.

Dalam sehari, Agus bisa melayani 15 sampai 20 pelanggan. Agus sendiri merasa tak sanggup bila melayani pelanggan sebanyak itu sendirian. Maka ia meminta tolong adiknya untuk membantu.

Untuk orang dewasa dikenakan tarif Rp 6 ribu. Sedang anak-anak Rp 5 ribu. Belum lagi jika ada yang memotongkan kumis atau jambang, Agus menarik tarif Rp 3 ribu.

''Ada juga pelanggan yang tak sempat pergi ke sini, jadi mereka memanggil kami untuk dicukur di rumahnya. Kalau dipanggil ke rumah, ongkos sekali cukur Rp 25 ribu,'' paparnya.

Setiap bulan, Agus harus mengeluarkan biaya operasional Rp 400 ribu. Uang sebesar itu digunakan untuk membayar listrik, kebersihan, dan membeli bedak, sabun, silet, serta minyak urut.

Dengan demikian, jika keuntungan per bulan Rp 3,6 juta dikurangi ongkos operasional Rp 400.000 diperoleh keuntungan bersih Rp 3,2 juta. Dan, dalam satu tahun mencapai Rp 38,4 juta. Jika dikurangi modal awal Rp 10 juta maka diperoleh keuntungan bersih per tahun Rp 28,4 juta. Berarti, Agus dan adiknya masing-masing akan mendapat Rp 14,2 juta per tahun, atau Rp 1.2 juta.

Untuk menarik pelanggan, Agus memberikan servis tambahan, di antaranya pijat di seputar bahu, leher, dan kepala. ''Biasanya, konsumen merasa enteng setelah dipijit kepalanya," ujarnya.

Mengenai tempat, Agus menyarankan agar kios berada di dekat jalan raya atau keramaian pasar. Sebab, di dua tempat inilah orang sering lalu-lalang.

Tak kalah pentingnya, ruangan yang digunakan untuk mencukur harus segar dan bersih. Udara harus bisa keluar masuk dengan lancar, ruangan tak boleh pengap. Sisa-sisa rambut harus segera dibersihkan. Jangan biarkan berserakan lama.

"Di kios, saya sediakan dua kipas kecil untuk mendinginkan konsumen saat dicukur, biar menikmati," paparnya.

Hendaknya cermin yang diletakkan di depan dan belakang kursi cukur benar-benar pas dengan posisi duduk pelanggan, sehingga pelanggan bisa memanfaatkannya dengan baik.n rozi

Tidak ada komentar: