Memakai baju koko tak berarti harus tampak kuno dan ketinggalan mode. Apalagi jika baju koko itu dipakai saat lebaran. Sekarang banyak, busana muslim yang tetap tampil modis, dan tidak ketinggalan jaman. Berbusana muslim kini bukan lagi sekadar pemenuhan ajaran agama, melainkan juga bagian dari dunia mode.
Seiring dengan itu, kian banyak desainer mencurahkan energi dan kreativitasnya untuk menciptakan kreasi busana muslim terbaru. Kini, busana muslim telah berkembang menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Maklum saja, Indonesia memiliki sekitar 230 juta penduduk mayoritas Muslim. Maka tak heran bila gerai-gerai penjual busana muslim semakin marak; mulai dari kios-kios kecil di pasar tradisional yang sumpek hingga butik-butik yang eksklusif.
Di antara berbagai merek busana muslim di pasaran, mencuatlah nama desainer Itang Yunasz yang menjajakan merknya dengan bendera Preview. Guna menambah mantab tampilannya, Preview menampilkan dai gaul Ustad Jefri al-Bukhori alias UJ sebagai iconnya.
Preview yang dikelola oleh Itang Yunasz bersaudara mencoba memberikan nuansa beda dari produksi paju koko yang dipasarkan. Kendati bendera Preview baru masih lima bulan dikibarkan, namun omzet penghasilan dari dagangannya mencapai Rp 7 juta hingga Rp 10 juta dalam sehari.
Adrizal adik kandung Itang merasa yakin, bahwa produk yang dijualnya akan laku di pasaran, apalagi icon yang di pajang di kios-kiosnya adalah seorang dai gaul alias UJ, yang sudah tak asing lagi bagi para remaja muslim. “Saya melihat penduduk yang mayoritas Muslim ini menjadikan busana muslim tak kan pernah akan mati,” katanya saat ditemui majalah Gontor di gerainya.
Seluruh pakaian jadi yang dipajang dikios Preview, semuanya dihasilkan dari garapan keluarga Itang, mulai dari desain bajunya hingga dalam bentuk jadi. Lewat 12 mesin jahit yang masing-masing dioperasikan oleh karyawan, Adrizal mampu memenuhi permintaan pelanggan, yang setiap harinya 50 hingga 100 buah.
Untuk modal awal membuka usaha ini, Adrizal hanya bisa menyebutkan angka di atas Rp 100 juta, namun angka pastinya ia enggan mengatakannya. Ia mengakui barang dagangan yang ia jual di kiosnya masih dominan baju koko dan kopyah. Sedangkan untuk bawahannya dan busana muslimah masih sangat jarang. “Sementara ini saya masih fokus ke baju koko saja, insyaAllah ke depan saya akan mengembangkan lebih lengkap lagi,” ujarnya.
Kendati demikian, setiap hari kiosnya tak pernah sepi dari pembeli. Baik pembeli yang membeli secara grosir maupun eceran. Harga yang dipatok untuk setiap ecerannya Rp 125 ribu, sedangkan untuk pembeli kodian harganya menjadi Rp 75 ribu, satu kodinya jumlahnya satu lusin atau 12 buah. Adapun untuk harga kopyah dipatok harga Rp 50 ribu untuk eceran sedangkan untuk satu lusinnya ia mematok angka Rp 30 ribu perbuahnya. Dalam sehari, ia bisa mendapatkan untung 30 persen dari total nilai omzetnya.
Kini, meski masih belum genap satu tahun menjual produk Preview di pasar grosir Tanah Abang, Jakarta, kiosnya sudah ada empat buah. Dan semuanya masih fokus pada baju muslim pria. Alasan ia memilih Tanah Abang, karena pusat grosir ini menjadi tempat rujukan masyarakat membeli barang-barang secara grosir. Apalagi Tanah Abang dikenal sebagai tempat grosir aksesoris muslim yang cukup lengkap dibanding lainnya.
Baju muslim yang dipasarkan Adrizal ini memang tergolong model baru. Pasalnya motif yang ditampilkan sarat dengan bordir dengan nuansa baru. Menurutnya, baju ini mulai ramai diminati konsumen sejak ust Jefri mengenakan baju muslim plus kopyahnya bikinan Itang Yunasz. Baik itu saat ceramah di layar televisi maupun di tempat umum.
Adrizal mengaku kalau dagangan yang dipasarkan ini juga mengalami kendala, terutama masalah produksinya. Pasalnya, tenaga yang memproduksi barangnya masih sangat terbatas. Apalagi saat menjelang lebaran, home industrinya bisa kualahan memenuhi order dari pembeli.
Meskipun minat masyarakat terhadap baju garapannya ini cukup baik, namun ia dan keluarganya masih belum berani membuka cabang resmi untuk orang lain, alasanya karena ia masih belum siap, dan masih akan menata dulu dengan lebih baik.
Lain halnya dengan Adrizal yang fokus pada busana muslimnya, Aan Amrizal malah membidik busana muslimah. Alasannya, baju muslimah modelnya cukup banyak fariasinya dan permintaannnya pun juga cukup banyak. Amrizal optimis kalau bisnis yang digelutinya ini akan terus berkembang.
Amrizal menempati kiosnya di Tanah Abang sejak lima tahun yang lalu dengan modal berkisar Rp 500 juta. Awalnya ia hanya menjual baju-baju bahan jas. Namun karena melihat perkembagan keberagamaan bangsa Indonesia setelah lengsernya Soeharto cukup pesat, menjadikan dirinya membidik pasar muslimah.
Sebagaimana Adrizal, Amrizal juga mempunyai produksi sendiri. Bahan-bahan yang akan dijual diproduksi sendiri, sehingga model dan motifnya bisa diatur sesuai dengan perkembangan di masyarakat. “Kami membeli bahan-bahan kemudian kami modifikasi sendiri, disesuaikan dengan trend yang ada di masyarakat,” papar lelaki yang punya merk Lissa ini.
Pada hari-hari biasa, Amrizal mampu menjual dagangannya antara 15 hingga 20 buah. Setiap baju, ia mematok harga antara Rp 85 ribu hingga Rp 130 ribu. Di mana harga disesuaikan dengan bahan dasarnya. Amrizal mengaku dagangannya akan mengalami lonjakan saat bulan Ramadhan. Sebab pada bulan ini, banyak pembeli baju untuk dijual lagi atau dikenakan sendiri saat lebaran tiba.
Untuk penjualan busana muslimah, Amrizal mengaku bisa meraup omzet Rp 50 juta, dengan keuntungan rata-rata 20 persen dari total omzetnya. Nilai omzet ini akan mengalami kenaikan saat menjelang Ramadhan atau sebelum lebaran. Karena pada dua musim ini, banyak pembeli baju untuk menyambut lebaran.
Saat ini, bisnis yang digelutinya mempunyai 25 mesin jahit, dengan jumlah karyawan 15 orang. Dengan mesin jahit ini, seluruh permintaan pelanggan bisa dipenuhi dengan cepat. Dalam seminggu, rata-rata bisa memproduksi 300 buah. Namun 70 persennya, baju yang dijahit adalah baju jas sedangkan sisanya adalah busana muslimah atau sekitar 90 buah perminggu.
Baju bermerk Lissa yang diusung Amrizal ini tak hanya diminati warga Jakarta saja, tapi juga luar Jakarta, seperti Solo, Palembang dan Kalimantan. Setiap bulan ia memenuhi permintaan pelanggan yang ada di tiga tempat tadi. “Rata-rata mereka menjual lagi barang yang dipesannya,” katanya.
Tips Memilih Baju Lebaran
Biasanya, menjelang lebaran, banyak toko menawarkan potongan harga atau sale yang cukup menggiurkan. Terutama baju-baju untuk lebaran. Berikut ini tips memilih baju untuk lebaran:
1. Meskipun harganya murah, periksa dengan seksama baju yang akan dibeli. Kemungkinan baju yang ditawarkan murah ada cacatnya atau barang lama yang tidak laku dijual.
2. Usahakan membeli baju jauh hari sebelum lebaran, kalau bisa sebelum puasa Ramadhan tiba. Hal ini untuk menghindari kecapekan membeli baju saat puasa. Selain itu, harga dan barang yang ditawarkan tak jauh beda dengan saat menjelang lebaran.
3. Usahakan membuat perbandingan harga, terutama jika barang yang akan dibeli cukup banyak jumlahnya. Kecuali, tentu, jika barang yang ditawarkan tidak banyak di pasaran.
4. Usahakan membeli baju yang berbahan katun, agar saat memakainya tidak merasa kepanasan. Tentunya hal ini akan mengganggu kenyamanan anda saat bersilaturrahim.
5. Belilah baju yang sederhana, hindari sifat glamour dan terkesan sombong. Yang terpenting, baju itu pantas dipandang dan nyaman dipakai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar