Sabtu, 16 Februari 2008

Orang Gajian Jadi Pengusaha


Imran Pasaribu

Awal membuka usaha, Imran Pasaribu tak tahu apa yang harus dilakukan. Pasalnya, tak satupun pengalaman di bidang jasa kurir ia kuasai, sebab sebelum membuka usaha dengan bendera PT Merpati Alam Semesta (MAS) ini, ia berkutat menjadi karyawan PT Pertamina selama 27 tahun. Kendati demikian, berkat kerja keras dan sikap optimisnya, Imran pun bisa mengembangkan perusahannya dengan baik.

Keinginan Imran membuka usaha jasa kurir ini diilhami oleh teman kecilnya yaitu Bhakty Kasry pemilik Pandu Logistic. Saat melihat perusahan milik Bhakty, ia cukup tertarik bagaimana ia memimpin perusahaan dan mengatur karyawannya, bahkan mengarahkannya pada hal-hal bernuansa agamis. Sejak itulah, Imran mulai hidup mandiri tanpa harus menjadi orang gajian di sebuah perusahaan. Niat itupun diwujudkan dengan berdirinya MAS pada April 2001.

Semangat itu bertambah besar ketika, Bhakty mengatakan kepada Imran, “Kau bagus, kau bisa kok bekerja di kurir dan nanti kamu bisa punya tim,” tiru Imran sebagaimana yang dikatakan temannya, Bhakty.

Niat untuk berhenti dari Pertamina pun diungkapkan Imran kepada istrinya Srie Supraptinah. Sang istri yang juga bekerja di Pertamina ternyata menyetujui niat sang suami. Lalu surat pengunduran diri pun ditulis dan Imran menyatakan berhenti dengan baik-baik dari Pertamina.

Melihat kenyataan ini, sebagian direksi di Pertamina terheran-heran, mereka menanyakan kenapa Imran berhenti bekerja di Pertamina dan memilih membuka usaha yang mereka anggap sebagai bisnis keras karena ketatnya persaingan. Sebab selama itu, Imran sebenarnya sudah mempunyai penghasilan yang baik. “Karena itu saya akan mencoba itu. Karena saya yakin, saya bekerja selalu dalam pengawasan Allah, kerena Dialah yang mengatur semua. Jika kita niat ikhlas dan berbuat yang terbaik, insyaAllah Allah akan menolong kita,” ungkapnya kepada majalah Gontor saat ditemui di kantornya.

Beberapa hari setelah keluar dari Pertamina, Imran merasa bingung sendiri. Pertamnia sudah ia lepas, tantangan untuk mewujudkan cita-citanya mendirikan perusahaan menjadi PR besar buat Imran. Akhirnya melalui bantuan Bhakty, Imran memperoleh tempat untuk kantor, meski masih mengontrak.

“Saya mulai dari minus, artinya belum siap apa-apa. Kemampuan dibidang kurir pun sangat minim bahkan tidak kenal, karena selama ini hanya mengenal luarnya saja ketika teman saya memanej perusahaannya, selebihnya tidak ada sama sekali kecuali nekad dan optimis,” kata pria kelahiran Tebing Tinggi, 17 Januari 1952.

Rumah yang ia sewa selama 7 tahun akhirnya ia jadikan kantor. Beberapa perabot dan perlengkapan perkantoran mulai ia lengkapi. Seperti kursi, meja, buku-buku, dan almari. Setelah menghabiskan modal sebesar Rp 10 juta, ruang yang awalnya kosong mulai terisi dengan peralatan kantor. “Saya mencari sendiri kursi, meja ke daerah Klender, karena saya dengar di sana cukup murah untuk barang-barang mebel,” kenang bapak tiga anak ini.

Meski pun meja dan kursi mulai ada di kantor, namun ada satu hal yang sangat penting yaitu sambungan telepon sebagai alat komunikasi. “Karena ini sangat penting jika kantor tidak ada alat komunikasi akan kerepotan apalagi ini menyangkut komunikasi dengan customer,” kata lelaki lulusan Tekhni Mesin Jayabaya, Jakarta tahun 1993.

Selain itu, Imran juga menyiapkan surat-surat perijinan pendirian perusahaan, menyiapkan dokumentasi dan administrasi yang dibutuhkan sebuah perusahaan jasa kurir. “Persiapan saya lakukan selama 4 bulan. Awalnya saya banyak belajar dari Pandu Logistic dalam menjalankan perusahaan ini,” katanya.

Setelah perlengkapan kantor cukup siap, Imran pun melakukan rekrutmen karyawan. Namun proses penerimaan karyawan tidak ia lakukan di perusahaannya sendiri, melainkan numpang di salah satu ruang di Pandu Logistic. Alasannya, kantornya masih belum ada apa-apanya. Setelah beberapa orang terpilih, langsung ia tempatkan di kantor barunya.

“Awal membuka usaha ini, karyawannya hanya 13 orang, alhamdulillah sekarang sudah bertambah,” kenangnya. Namun diawal-awal perusahaannya beroperasi, 13 karyawan yang direkrut MAS merasa kebingungan. Karena tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Sedangkan kondisi kantor masih belum lengkap fasilitasnya. “Mereka juga tanya-tanya, apa yang harus dikerjakan. Saat itu saya bersama pak Hendri yang cukup berpengalaman dalam jasa kurir,” katanya. Akhirnya Imran bersama timnya mencoba mensetup seluruh piranti yang ada di kantor.

Apa yang menjadi rencana Imran ternyata tak semudah membalikkan telapan tangan. Dalam perjalannya, ternyata banyak masalah yang muncul, di antaranya menyangkut dokumentasi yang belum lengkap, jaringan yang masih belum ada. Satu tahun pertama, perusahaan yang ia kelola dalam kondisi tidak sehat bahkan mau ambruk. “Bayangkan uang yang dikeluarkan perusahaan lebih banyak di banding uang yang masuk.”

Bahkan dari beberapa karyawan ada yang putus bekerja. Mereka keluar karena ada pekerjaan yang lebih menguntungkan di banding di MAS. Rata-rata mereka hanya bekerja selama 2 sampai 3 bulan kemudian keluar. “Saya mencoba sabar dan terus belajar dan belajar,” katanya.

Tak hilang kebingungannya karena usahanya mau ambruk, karyawannya banyak yang keluar, ternyata salah satu karyawan ada yang secara diam-diam membuka usaha jasa kurir sendiri. Bahkan sebagian customer MAS yang ada diambilnya. Namun Imran tetap yakin bahwa customernya akan kembali lagi ke MAS, karena customer itu melihat institusinya dan bukan melihat individunya. “Alhamdulillah customer pun kembali ke perusahaan kami,” ujarnya.

Kondisi perusahaan yang kolaps, memaksa Imran untuk mencari dana pinjaman ke beberapa teman yang ikut dalam pendirian usaha ini. Namun hasilnya sangat minim, ia pun merogoh koceknya sendiri untuk menutupi beban yang ada di perusahaannya.

Alhamdulillah pada tahun ketiga sudah sehat, dan masuk tahun kelima perusahaan ini sangat sehat dan cukup bekembang. Meski karyawan masih 49 orang dan cabangnya hanya empat, saya yakin perusahaan ini akan terus berkembang ke depan,” tegasnya.

Imran berprinsip apa pun usahanya jika ditekuni dan dijalani dengan benar niscaya akan membuahkan hasil. Terbukti, ketika usahanya berjalan lima tahun, ia sudah mempunyai karyawan sebanyak 49 orang dan empat kantor cabang di daerah Medan, Surabaya, Bandung dan Banjarmasin.

Untuk memperbanyak customernya, Imran mengerahkan anak buahnya untuk menjaring customer dengan cara door to door. Selain itu, ia juga bekerjasama dengan temannya, Pandu Logistic untuk pengiriman di daerah-daerah yang tidak ada cabang MAS. Kini, perusahannya telah mempunyai 200 customer, dalam sehari ia bisa menerima dan mengirimkan barang lebih dari 50 customer.

Pertemanan Imran dan Bhakty ternyata cukup membawa berkah bagi Imran karena ia bisa bekerjasama dalam pengiriman barang customer. “Setiap ada pertemuan regional meeting kami selalu diajak dan bertemu dengan kepala cabang Pandu yang ada di daerah. Alhmadulillah mereka dan kami sudah kenal baik dan terus bersinergi. Ini juga berkah dari hubungan silaturrahmi,” kata pria yang beromzet Rp 400 juta.

Perusahaan Bernuansa Syariah

PT Merpati Alam Semesta (MAS) memang bergerak di bidang jasa kurir, namun perusahaan ini tetap mengedepankan nilai-nilai Islami dalam berbisnis. Hal ini terlihat dari kebiasaan yang ditampilkan oleh MAS, di antaranya busana muslimah bagi karyawatinya, menjalankan shalat berjamaah, berusaha jujur dan istiqamah dalam menjalankan amanah dari customer.

Bagi Imran Pasaribu, sudah sepatutnya pengusaha Muslim menerapkan manajemen di perusahaannya secara Islami. Karena ruh dan nilai Islam ini jika diserap dan diterapkan akan memberikan rahmat bagi siapa saja.

“Kita harus menggunakan manajemen yang Islam ajarkan. Selama ini orang asing yang melakukannya. Padahal kita yang punya ajaran itu kadang enggan menjalankannya. Kita mencoba membiasakan dengan yang diajarkan dalam Islam. Kejujuran, istiqamah, dan amanah kita terus budayakan agar menjadi sebuah sistem dalam perusahaan. Kita juga menjalin silaturrahim dengan para karyawan,” tuturnya.

Untuk membentuk kualitas anak buahnya, Imran selalu memberikan motifasi setiap sepekan sekali. Terkadang Imran juga memberikan tausiyah keagamaan untuk memberikan siraman ruhani karyawannya. Menurutnya, apalah arti bekerja keras jika niatnya tidak benar. Karena sebenarnya kerja adalah bagian dari ibadah jika benar niatnya.

Selain itu, Imran selalu meyakinkan karyawannya bahwa mereka punya potensi yang harus digali. “Bahkan ke depan kalau mereka sudah paham operasional, seluk beluk tentang kurir ini kita tidak akan diam dan akan menjadikan mereka untuk membangun cabang di daerah,” katanya.

Perhatian Imran kepada karyawan tak hanya sisi ruhaninya. Tapi juga perhatian jasmani seperti pemberian hadiah kepada karyawan yang loyal dan berpotensi, berupa hadiah motor dan tiket berangkat haji gratis. “InsyaAllah pada 2007 akan ada dua karyawan yang akan kami berangkatkan haji,” ujarnya.

Selain kepada karyawannya, Imran juga aktif menyantuni anak-anak yatim dan anak kaum dhuafa. Sebagaimana yang ada di yayasan al-Mubarakah, terdapat 15 anak yatim yang mendapatkan santunan sekolah setiap bulan, begitu juga di TPA Hidayatullah yang ada di Pondok Gede, Imran menyediakan tempat untuk anak-anak kurang mampu yang ingin belajar al-Qur’an. Selain itu ada muallaf yang menjadi binaannya. “Semoga semuanya menjadi bekal menuju akhirat,” tuturnya.

Dirikan Kajian Islam di Pertamina

Di Pertamina, Imran Pasaribu menjalani karirnya selama 27 tahun. Ia memulai karirnya di Pertamina sejak menjadi karyawan biasa hingga menjabat Kepala Tekhnik Pertamina. Selama menjadi Kepala Tekhnik, ia sering dikirim oleh pihak Pertamina untuk mengikuti pelatihan dan penelitian di beberapa negara di Eropa dan Asia.

Selama menjalankan tugasnya, Imran pernah merasakan suka dan duka. Sukanya ia bisa pergi ke beberapa negara lain, dukanya ia pernah kecelakaan yaitu tubuhnya terbakar saat melakukan penelitian di lapangan. “Saat saya menjadi peneliti, saya sempat terbakar sekujur badan saya, namun alhamdulillah saya selamat, ini semua karena kurang hati-hati,” katanya.

Sejak bekerja di Pertamnia, Imran memang sosok yang aktif dalam kegiatan keislaman. Bahkan selama di Pertamina, ia berhasil mengumpulkan teman-temannya untuk mendirikan sebuah forum kajian keagamaan bernama Forum Kajian Islam (FKI) di Pertamina Pulogadung. “Seminggu sekali kami mendapatkan tausiyah-tausiyah dari seorang ustad. Saya mencoba para peneliti muda untuk aktif di kegiatan keagamaan di Pertamina,” ujarnya.

Berkat kegiatan keislaman yang didirikannya, sebagian teman-temannya yang aktif di FKI pernah diberangkatkan haji lewat biaya Pertamina. Tak hanya itu, Imran juga pernah disuruh menjadi penceramah di FKI Pertamina. “Bahkan tak jarang kami sharing pengalaman dengan mereka dan keakraban itu tetap terjalin baik hingga sekarang,” tuturnya.

Tidak ada komentar: