Sabtu, 16 Februari 2008

Mainan Anak Pembawa Rezeki

Jeli melihat pasar, Ummu Masmu'ah memulai bisnis mainan anaknya dari nol. Omzetnya kini mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

Kalau Anda kebingungan membelikan mainan anak yang bagus, edukatif, tapi sehat dan murah. Kini, saatnya Anda tersenyum lega. Kebingungan Anda sudah teratasi. Saat ini telah hadir produk mainan anak yang edukatif, tapi sehat dan murah. Terbuat dari kayu dan terbebas dari bahan kimia yang membahayakan, harganya pun tidak mahal.

Adalah Ummu Masmu'ah, 38 tahun, yang mengeluarkan produk mainan itu. Dengan bendera usaha bernama "Haula Toys", Ummu menciptakan mainan-mainan anak yang edukatif, kreatif, tapi sehat dan murah.

Awalnya Ummu adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Bingung memenuhi kebutuhan susu dan hidup rumah tangganya, ketika hamil, Ummu memutuskan bekerja sebagai sales marketing produk buku edukasi asal Jerman yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Sebagai langkah awal, ia mencoba mempraktekkan buku itu pada anaknya sendiri, Haula Fanzianah. Ternyata, hasilnya cukup baik. Sejak itu, Ummu menjadi lebih termotivasi untuk menjajakan buku tersebut.

Namun demikian, Ummu sadar dirinya tidak bisa selamanya menjadi penjaja buku orang. Ia lalu memutuskan membuat sendiri perangkat edukasi anak-anak yang terbuat dari kayu, tapi kualitas dan harganya terjangkau.

Dengan modal awal Rp 400 ribu, Ummu menjalin kerjasama dengan perajin kayu. Keduanya berkolaborasi menghasilkan berbagai jenis //puzzle// kayu. Menurut Ummu, mayoritas mainan kayu di toko adalah barang impor dan harganya mahal.

Mainan yang ditawarkan Haula sangat bervariasi. Dari mainan untuk anak usia sebulan hingga anak-anak sekolah menengah pertama. Mulai dari mainan balok bangun, bongkar pasang, //wire game//, boneka tangan, panggung boneka, karpet lantai, tenda, mebel, papan tulis, meja, kursi, ayunan hingga rumah-rumahan yang bisa ditinggali oleh anak-anak.

Harga yang dipatok cukup beragam, mulai dari harga Rp 5 ribu hingga jutaan rupiah. Sayangnya, mainan Haula ini tidak dijual bebas layaknya mainan anak-anak produksi luar negeri.

Selain karena produknya terbatas, bahan baku mainan Haula sangat khas, yaitu terbuat dari kayu dan bernuansa Islami. Misalnya saja, boneka dari kain dengan ciri boneka laki-laki berpeci dan boneka perempuan berjilbab.

Wanita lulusan Bahasa Jepang IKIP Bandung ini juga membuat boneka kain sebagai alat peraga pendidikan seks anak. Boneka itu dapat dijadikan alat peraga bagi para ibu guna menjelaskan proses kehamilan seorang ibu hingga kelahiran bayinya. ”Ibu-ibu biasanya //risih// kalau ditanya anaknya dari mana bayi keluar? Mereka biasa menjawab kalau keluarnya lewat perut. 'Kan bukan begitu,” papar istri Sholahudin Fuadi ini.

Ummu juga membuat boneka profesi yang menggambarkan profesi-profesi tertentu dengan kekhasan bajunya, seperti koki dan polisi. Haula Toys juga membuat mainan edukasi dari kayu yang fungsinya sebagai alat bantu terapi autis. ”Selain itu, semua ini juga sarana dakwah. Anak-anak kan lebih suka meniru dibandingkan mendengar nasihat,” kata Ummu.

Sebagai langkah menjajaki pasar, Ummu pun membuka gerai di //Alfa Zone//, //playgroup// di Atrium, Senen. "Saya jemput bola," ujar Ummu bersemangat. Strategi Ummu menuai sukses. Respons pasar cukup besar. Ini kali pertamanya produk Ummu dikenal masyarakat luas.

Tak hanya itu, untuk memperkenalkan produknya, Ummu juga mengikuti berbagai event pameran. "Tapi masih //nebeng// sama orang lain," paparnya. Butuh beberapa kali pameran hingga ia sanggup membayar //stand// sendiri.

Setelah mencoba berbagai model pemasaran, pameran buku dan pameran yang memiliki jaringan luas ternyata yang paling efektif. Kalau di pameran buku yang paling laku mainan kayu, sedang di pameran sebuah partai, boneka alat peraga kesehatan yang diminati—karena jaringan kesehatannya luas.

Sekarang, untuk setiap acara pameran, Ummu harus membuka 5 stand pameran dengan harga kurang lebih Rp 70 juta. Karyawan Ummu Masmu'ah mencapai ratusan orang. Ekspansi yang dikembangkan Haula sudah merambah hampir daerah di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Saat ini ada sekitar 150 agen mandiri dan 10 agen wilayah.

Tak ayal, dalam waktu singkat, produk Haula dikenal oleh lapisan masyarakat, terutama dari kalangan pendidikan, dari Taman Kanak-Kanan hingga Sekolah Tingkat Pertama. Rata-rata konsumennya membeli dalam bentuk order pesanan. Pasalnya, barang yang diproduksi terbatas. ”Kalau pas order banyak, kita memberdayakan warga di sekitar rumah untuk membantu,” katanya.

Menurut Ummu, untuk mengenalkan produk mainannya ia harus merekrut tenaga marketing yang mampu menjelaskan fungsi-fungsi dari setiap mainan. Tanpa penjelasan yang lengkap sebuah mainan yang ada tak akan banyak berfungsi. Karenanya, Haula juga menerbitkan beberapa buku panduan untuk setiap mainannya.

Menata pemasaran dan penjualan, menjaga hubungan baik dengan konsumen, menjaga kuantitas serta kualitas produksi, serta menciptakan ide produk baru yang segar merupakan kunci keberhasilan Haula Toys.

Kalau Anda tertarik terjun di bisnis ini, Anda cukup mengeluarkan modal minimal Rp 2,5 juta. Dengan modal itu, Anda dapat membeli berbagai macam mainan Haula plus diskon khusus dan cara memperagakan fungsi dari setiap mainan yang ada.

Selain itu, Ummu juga sedang menjajaki kemungkinan usahanya di-franchise-kan. Dengan sistem ini konsumen bisa membuka usaha dengan modal minimal Rp 50 juta. Namun begitu, sistem franchise ini saat ini masih digodok di tingkat manajemen. ”Kita masih melakukan studi,” katanya.

Berkat kinerja dan kualitas mainan yang diproduksinya, Haula Toys beberapa kali dipinang oleh beberapa investor. Namun Ummu yang merasa masih belum banyak pengalaman ini menolak dengan baik tawaran itu.

”Sebagai Muslimah, saya ingin menunjukkan bahwa seorang muslimah juga bisa berkreasi dan berbisnis dengan baik,” katanya. fathurrozi

Tidak ada komentar: