Rabu, 13 Februari 2008

Madrasah Harus Bangkit



Maftuh Basyuni

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam keberadaannya cukup memrihatinkan. Hal terlihat dari kondisi bangunan dan alumni yang dihasilkan dari madrasah. Madrasaha sendiri selama ini kurang dapat perhatian dari pemerintah di banding sekolah umum yang nampak gencar dibantu oleh pemerintah. Madrasah di anak tirikan.

Bagaimana madrasah ke depan? Berikut petikan wawancan Fathurrozi NK bersama tim dengan Menteri Agama RI, Maftuh Basyuni di kediamannya. Berikut petikan wawancaranya.

Apa langkah untuk memajukan peran sekolah Madrasah, karena selama ini madrasah kurang diminati?

Ada pemikiran, tapi ini baru pemikiran. Madrasah masih banyak yang kekurangan murid. Jadi kami dengan sekolah-sekolah pemerintah akan menerima murid sejauh ditampung oleh anggaran. Artinya, nanti ini digratisin. Ini baru ide. Ini akan digratisin tetapi hanya sejumlah orang yang tertampung oleh anggaran. Untuk itu sekaligus merupakan orang-orang unggulan. Karena ini gratis, berarti animo lebih banyak. Seleksi mana yang terbaik. Penyeleksiannya pun juga harus terbebas dari KKN. Jangan sampai karena keponakan, karena cucu lalu kemudian mendapatkan prioritas. Tapi kalau ini semua sudah dapat dipersiapkan, itulah kira-kira programnya. Dengan demikian banyak yang mengalir ke swasta. Inikan tentunya akan jauh berbeda dengan yang sekarang.


Apa ada kemungkinan meningkatkan gaji guru Madrasah?

Untuk peningkatan gaji saya rasa secara umum. Karena saya ini masih baru dan awam. Bisa jadi pengetahuan saya lebih kecil dari anda. Walau pun saya besar di lingkungan pesantren dan tahu persis keberadaan pesantren. Tetapi pekerjaan saya selama ini di luar. Memang, kalau kita sendiri masih kekurangan, bagaimana kualitas pendidikan kita akan lebih baik. Saya kira ide yang tadi itu bisa dikembangkan, misalnya dapat tenggapan dari pihak –pihak terkait, maka itu saya akan lakukan.

Ini akan berlaku juga bagi pesantren?

Otomatis semuanya. Pesantren merupakan objek kita juga. Sebagaimana Anda tahu pesantren adalah lembaga yang paling sangat merdeka.

Merdeka bagaimana?

Artinya masing-masing pesantren mempunyai kebebasan yang dia inginkan. Jadi kita tidak bisa memaksakan kurikulum harus begini harus begitu. Kita hanya ingin mencoba apa yang menurut kita yang dapat dilakukan. Misalnya al-Amin di Prenduan berbeda dengan pesantren Sarang di Rembang. Kita tidak ingin mengintervensi kebebasan para Kiai dalam mengelola pesantren.

Apakah keberhasilan Bapak, tidak lepas dari pendidikan Gontor?

Ya, orang itu akan maju, kalau sadar akan kekurangannya. Kalau kekuranganya itu disadari tentu akan mencontoh orang lain. Tanpa harus merasa malu. Saya sangat terkesan dengan perilaku Pak Zarkasyi. Beliau tegas dan konsisten. Begitu juga prinsip-prinsip yang dipegang begitu teguh. Sangat terkesan sekali. Walaupun saya tidak lama. Tapi, langkah-langkah beliau sangat saya rasakan. Dan barangkali Gontor besar karena perilaku beliau. Selama penerus-penerus ini memegang teguh prinsip-prinsip beliau, Insya Allah Gontor tetap jaya. Prinsip, tidak ke kanan dan tidak ke kiri. Kemudian juga bagaimana terhadap konsentrasi terhadap pendidikan itu sangat mempengaruhi.

Selain pengalaman itu Bapak?

Berikutnya karena pengalaman saya pernah jadi tentara. Pada tahun 73-74 kebetulan saya jadi anggota tentara perdamaian dunia di Mesir. Setelah berakhirnya perang di bulan Ramadhan dan saya termasuk orang pertama dari kontingen Departemen Luar Negeri. Saya juga banyak menimba dari pengalaman menjadi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan, Dari sana saya dapat belajar, bagaimana cara militer memimpin. Ada hal yang sangat penting harus kita miliki. Itulah kira-kira modal yang saya dapatkan. semuanya dibalut dengan diri kita sendiri sebagai santri, jadi identitas itu sangat melekat.

Bagaimana dengan anggapan kalau santri itu tidak bisa bekerja?

Barangkali yang perlu saya sampaikan, saya percaya bahwa santri itu bisa bekerja selama diberi kesempatan. Dan sekarang saya diberi kesempatan karenanya saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa. Jika di sana sini ada kekurangan, jelas manusia tidak lepas dari kekurangan. Jadi, sebagai seorang santri harus percaya bahwa bisa bekerja. Tapi begitu diberi kesempatan, tunjukkanlah kemampuan kita. Tidak ada, orang yang begitu datang lalu memimpin serba bisa.

Bagaimana resepnya?

Kita harus tahu sendiri. Misalnya membuat surat menyurat. Surat pertama kalau dijejerkan dengan surat ke sembilan, akan berbeda kalau mau memperbaiki, tapi kalau tidak? Ya, hasilnya akan begitu-begitu juga. Mana mubtada mana khobar, ruwet ngga karu-karuan. Dan mau dikoreksi. Kalau kita merasa super, nah itu kegagalan akan segera menimpa.

Apa yang Bapak rasakan saat keluar dari asrama militer dengan Pesantren?

Banyak orang yang meremehkan pesantren. Tidak ada rasa persatuan yang timbul kecuali dari pesantren. Ini pesantren ini asrama, coba bedakan hasilnya. Pasti berbeda. Misalnya ada yang sama-sama sekolah. Ini tinggalnya di pesantren dan ini di luar pesantren. Kalau di asrama, maaf, rasa solidaritas kurang. Anda merasa bangga karena saya dari Gontor. Padahal saya nggak kenal dengan Anda, dan Anda nggak kenal dengan saya. Tapi kalau saya keluar dari SMP sana, alumni sekian, selesai tak ada persoalan. Sampai di situ.

Biodata

Nama : Muhammad Maftuh Basyuni

Tempat/tgl. Lahir : Rembang, 4 November 1939

Agama : Islam

Istri : Wiwik Zakiah Ilyas Basyuni

Jabatan Terakhir : Duta Besar LBBP RI untuk Saudi Arabia merangkap Kesultanan Oman.

Pendidikan:

Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo

Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia (1968)

Pengalaman Kerja

Kepala Biro Protokol Kepresidenan

Kepala Rumah Tangga Kepresidenan (era Soeharto)

Dubes RI untuk Kuwait merangkap Bahrain

Menteri Sekretaris Negara

Pengalaman Konferensi Internasional

Anggota Panitia Seminar Hubungan RI-Timur Tengah di Jakarta, 1976

Anggota Delri Sidang Komite Yerusalem I di Fez, Maroko, 1979

Angota Panitia Sidang KOnferensi Mass Media Islam Sedunia di Jakarta, 1980

Anggota Panitia Sidang Dewan Masjid Se Asia_Pasifik di Jakarta, 1982

Ketua Delri pada KTM COMCEC, OKI di Istanbul, 2002

Ketua Delri pada KTM OKI Boycitt on Israel di Jeddah, 2003

Ketua Delri pada KTM OSCEC, OKI di Jeddah 2004

Tanda Penghargaan

1974 Satya Lencana Santi Dharma (Dephankam)

1974 Tanda Jasa PBB

1996 Officer's Cross (Austria)

1996 Commandeur in de Orde van Oranjenassau (Belanda)

1997 Tanda Kehormatan Bintan Jasa Utama

1999 Bintang Mahaputera Utama

Tidak ada komentar: