Selasa, 12 Februari 2008

Juragan Kayu Manis


Urpan Dani;

Sebelum mendirikan beberapa perusahaan, Urpan Dani pernah jadi penjual es kelapa muda dan tempe goreng. Kiatnya; kerja ikhlas diiringi doa.

Rumah mewah di kawasan Citra Gran Cibubur nampak terlihat ramai oleh para kru sebuah production house yang mengambil syuting untuk sebuah sinetron. Pemandangan ini kerap menghiasi rumah salah seorang pengusaha bernama Urpan Dani, pendiri beberapa perusahaan yang bergerak di bidang industri tanaman kayu manis, lumpur pengeboran, pemasok pasir, pemasok kayu, pengelola SPBU dan jual-beli properti.

Kisah sukses Urpan bukanlah rekayasa sutradara seperti yang banyak terjadi dalam kisah-kisah sinetron saat ini. Sukses bisnis yang ia raih tak didapat dengan diam, tapi melalui kerja keras beriring doa. Berbagai pengalaman berbisnis ia geluti. Di antaranya berjualan es kelapa muda di depan pintu dua Senayan, dan menjual tempe goreng. “Pengalaman adalah guru terbaik untuk kita belajar,” paparnya saat ditemui Majalah Gontor di kediamannya yang asri.

Berikut sekelumit kisah perjalanan Urpan dalam menapaki karirnya. Setamat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogjakarta pada tahun 1989, pria kelahiran tahun 1964 ini sempat diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Departemen Koperasi di tanah kelahirannya, Kerinci. Namun ia mengaku kurang berminat menjadi PNS. Ia pun memilih merantau ke ibukota ikut pamannya.

Sang orangtua ternyata tak menyetujui pilihan anaknya, sebagai ganjarannya Urpan tidak dikirimi uang saku untuk keperluan sehari-hari. Bukan Urpan kalau tak pantang menyerah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia pun tanpa gengsi berjualan es kelapa muda di depan pintu gerabang Senayan, tak hanya jualan es ia juga menyempatkan diri untuk menjajakan tempe goreng. Alhasil, ia pun menutupu kebutuhannya sehari-hari.

Berjualan di pinggir jalan ia lakoni dengan tekun dan ikhlas. Sembari menjajakan dagangannya, ia tak tinggal diam menerima keadaan. Urpan pun mengirimkan lamaran ke sejumlah perusahaan. Tak tanggung-tanggung, jumlah perusahaan mencapai 300 perusahaan.

Suatu hari, Urpan sempat senang ketika mendapatkan panggilan dari perusahaan besar seperti Pertamina. Setelah sempat tiga kali dipanggil untuk menjalankan tes, Urpan harus ikhlas menerima keputusan perusahaan, yang menyatakan dirinya tidak lulus.

Tak diterima oleh perusahaan Pertamina, ternyata ia lolos masuk menjadi karyawan di perusahaan yang banyak menangani lumpur pengeboran. Ia pun sedikit kaget karena ditempatkan di Palangkaraya.

Pria tiga anak ini adalah sosok yang tak mau diam. Keinginannya untuk mengetahui hal baru membuatnya nampak selalu dinamis. Bayangkan, pagi hari, Urpan harus menyelesaikan pekerjaan kantor. Siang harinya, ia belajar mengoperasikan alat-alat berat dan ketika sore ia belajar mengelas. Praktis tak ada waktu luang untuk Urpan. ”Waktu harus kita gunakan dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Tak lama berselang, Urpan akhirnya ditugaskan ke Jakarta. Selama di pabrik, ia tetap menjalankan kebiasaannya yaitu belajar sesuatu yang belum pernah ia kerjakan. Mulai dari memroduksi bahan-bahan pendukung lumpur pengeboran hingga mengelas plastik. Seakan yang ada di depannya ia serap ilmunya. Bagi Urpan, ilmu itu akan berguna kelak di kemudian hari.

Apa yang menjadi keyakinan Urpan terhadap pentingnya ilmu, akhirnya terbukti. Ketika prestasi demi prestasi ia raih, hingga akhirnya ia dipercaya menjadi general manager yang tugasnya mengurusi kebutuhan perusahaan mulai dari A sampai Z. ”Dari sini saya bisa lebih banyak belajar mengelola sebuah usaha,” paparnya.

Posisi sebagai general manager, ternyata tak membuat ia tenang. Pasalnya, jabatan yang ia emban ini berimbas pada seringnya rekanan kerja memberikan ‘uang terimakasih’. Hal ini justru membuatnya tak nyaman, meski pemilik perusahaan menyilahkan mengambil uang pemberian dari rekan kerjanya.

Pergulatan bathin antara menerima dan tidak menerima kerap muncul di hati Urpan. Terlebih setelah ia menyunting anak mantan Bupati Kerinci, Gladia Rahmawati, pada tahun 1995. ia merasa memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan keluarga baik di dunia dan akhirat. ”Saya tak ingin keluarga mendapatkan rezeki dari barang yang meragukan,” ujarnya.

Tahun 1997, Urpan pun mengambil keputusan untuk berhenti dari tempat kerjanya setelah melakukan shalat istikharah, meminta petunjuk kepada Allah. Keputusan ini jelas mengagetkan keluarga Urpan dan keluarga istri. Meski tindakannya mendapat banyak tentangan keluarganya, tapi justru sang istrilah yang menjadi pendukung utama langkah Urpan ini. ”Istri saya menerima dengan ikhlas keputusan ini, bahkan ia terus memberikan semangat kepada saya,” tuturnya.

Lepas dari kerja kantoran, Urpan pun mencoba bisnis jual-beli mobil bekas. Ternyata, untuk menjadi pengusaha tak semudah yang ia bayangkan. Pasalnya, usaha yang menggunakan bendera PT Salsabila Rizky Pratama ini nyaris macet dan bangkrut.

Mobil-mobil yang ia beli dari Jakarta terlanjur ia kirimkan ke Jambi untuk dijual kembali, ternyata kondisi pasar di Jambi seret. Nasi sudah menjadi bubur. Mobil yang sudah dikirimkan ke Jambi ditarik lagi ke Jakarta, tepatnya di Lapangan Ros dan Kalibata Indah.

Lagi-lagi Urpan tak tinggal diam hanya menjajakan mobil bekas, tapi di sela-sela berdagang ia mengiklankan produk kayu manis, maklum kayu manis di daerah asalnya menjadi tanaman primadona yang bisa diekspor. Tak pelak, pesanan kayu manis pun mengalir. Tapi nasib harus berkata lain, ketika beberapa konsumennya menipu dirinya. Setelah kayu manis dikirim, mereka tak mengirimkan uangnya.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin demikianlah peribahasa yang tepat menggambarkan usaha Urpan. Kayu manis tertipu, jual-beli mobil bekasnya lesu. Apalagi ia juga ditipu beberpa pedagang yang ternyata menjual mobil bodong.

Dari Multazam Bangkit

Di saat kondisi perusahannya mengalami kegalauan alias lesu. Urpan justru mengambil keputusan untuk menunaikan ibadah haji bersama istrinya. Bahkan uang yang dipakai sebagian hasil ngutang keluarga.

Saat berada di Tanah Suci Makkah, Urpan dan Gladia tak menyia-nyiakan untuk berdoa di Multazam. Diakhir doanya, Urpan memohon kepada Allah untuk menunjukkan jalan dan meridhoi usahanya. Tak lama berselang, telepon genggamnya pun berbunyi. Isi pesan yang dikirim adiknya mengatakan perusahaannya mendapatkan proyek lumpur pengeboran.

“Doa saya dibayar tunai. Saking senangnya saya menangis,” kisah Urpan yang kini membina ratusan petani kayu manis di Kerinci.

Doa berbuah manis. Berkat kesabaran dan doa, kerajaan bisnisnya mulai terbangun kembali. Bagi Urpan, peristiwa di Multazam menjadi titik awal kebangkitan bisnisnya. Pasalnya, sejak itulah terjadi perubahan yang luar biasa pada perkembangan usahanya.

Penjualan kayu manis mulai membuahkan hasil. Usaha lumpur pengeboran yang tadinya kecil mulai menggurita. Bahkan untuk memperbesar pemasaran 35 item produk lumpur pengeborannya, ia patungan dengan rekannya dan mendirikan perusahaan baru bernama PT Prima Hidrokarbon Internusa pada tahun 2002. Selain memasok bahan pendukung lumpur pengeboran, juga melakukan pengeboran sendiri.

Perusahaan terus menggurita. Sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara, Urpan pun melibatkan adik-adiknya untuk membesarkan usahanya ini. Perusahaan yang memiliki kantor pusat di Cibubur dan pabrik di Cileungsi dan Kerinci ini memiliki sekitar 500 karyawan.

Usaha kayu manis yang ia tekuni kian berkembang pesat, baik itu di wilayah domestik maupun mancanegara. Di pasar Internasional, kulit kayu manis Kerinci terkenal dengan nama Cassiavera Korintji. Keunggulannya memiliki ketebalan kulit, cita rasa, kandungan minyak atsiri, warna, ukuran dan bentuknya.

Usaha kayu manis ini telah berhasil diekspor ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Eropa Asia, dan Timur Tengah. Maklum, saat ini Urpan memiliki lahan seluas 750 ha, sedangkan area mitra kerja kelompok tani Cassiavera mencapai 8.650 ha sebagai kebun plasma. Sedangkan pabriknya mampu memproduksi sekitar 500 ton per bulannya dengan kapasitas gudang 1.000 ton.

Selain penghasil kayu manis dan melayani pengeboran, Urpan juga mulai mengembangkan usahanya dibidang properti, dan perkayuan. Untuk properti, biasanya ia membeli rumah dan membangunnya kembali untuk dijual kembali. Tak heran jika rumah yang sekaligus kantor Salsabila di bilangan Cibubur memiliki arsitektur yang cukup megah dan mewah.

Urpan juga mendirikan perusahaan pemasok pasir, PT Pasir Bumi Nusantara. Dalam hitungan bulan, perusahaan ini mampu memasok pasir ke Cibubur dan Jalan Kali Malang sebanyak 600-800 kubik per hari. Begitu juga bisnis perkayuan juga berkembang. Dan semua bisnisnya melibatkan adik-adiknya. “Keberhasilan bukan semata-mata diukur dari banyaknya materi, tetapi juga keberhasilannya dalam membimbing adik-adik dan merukunkan keluarga,” kata Urpan.

Bagaikan padi, semakin berisi semakin merunduk. Begitu juga Urpan, ia sendiri menganggap usahanya masih kecil. Namun orang lain, melihat pria ini sosok yang sukses. Buktinya, salah satu rumah produksi meminjam rumahnya lokasi syuting. Pelanggan lumpur pengeborannya juga perusahaan ternama, di antaranya Pertamina dan Petronas. Sedangkan penjualan kayu manisnya sudah merambah negara-negara di seantero dunia.

Berkat Kekuatan Doa

Saat ditanya tentang kiat suksesnya, Urpan hanya memberikan dua kata yaitu dengan keikhlasan dan doa. Baginya, bekerja itu harus dijalani dengan ikhlas. Ikhlas bukan berarti menyerah terhadap keadaan. Berbisnis harus dilakukan dengan kerja keras. Berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan produk berkualitas. ”Apa pun hasilnya kita harus menerima dengan ikhlas,” tuturnya.

Selain ikhlas adalah doa. ”Bagi saya doa itu yang pertama, baru kemudian berusaha. Tetapi banyak orang yang mengatakan berusaha dulu baru berdoa. Silakan, itu pilihan masing-masing orang,” papar pria yang rajin mendidirkan shalat dhuha dan tahajud ini.

Bagi Urpan, doa menjadi senjata utama dalam menjalankan segala aktifitasnya. Tak hanya doa dari dirinya sendiri, untuk menambah keampuhan doa-doanya, Urpan kerap meminta doa dari anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Karenanya, sebulan sekali ia mengundang mereka di rumahnya untuk berdoa dan menyantuninya.

”Kalau saya sendiri yang berdoa, saya merasa kurang cukup, maka saya minta doa ke orang-orang, terutama kepada anak yatim piatu dan kaun dhuafa,” tutur pria yang tak segan terjun langsung bekerja dengan para tukangnya ini.

Urpan menambahkan, ”Jangan lupa, di balik keuntungan yang kita peroleh terdapat harta hak orang lain, diantaranya fakir miskin dan anak yatim piatu. Kalau kita memberikan hak-hak mereka Insya Allah rezeki kita lancar, seperti Salsabila (oase di surga yang airnya terus mengalir-red),” paparnya sambil tersenyum. [] roji

3 komentar:

parishilton mengatakan...

salam sukses buat pak urpan
pak saya ada kayu manis di daerah sumatera utara, bisa tidak say jual ke bapak
terima kasih
chairul anwar
081397173725

Unknown mengatakan...

As..Wr..,Wbr.., saya Heri dari SUMUT kebetulan kemaren sore saya berdiskusi dengan teman untuk meningkatkan pendapatan petanai di kampung HULIM (Kayu manis), dimana tidak seimbangnya pendapatan petani dengan penantian panjang untuk memanen, kami harapkan bantuan maupun arahannya Pak, terima kasi salam sukses,
Heriyanto Pohan (085262335770)dan Syahrial (085297076665

Bakoel Ayam Kampung mengatakan...

succes sll bapak.
untuk info: kami membutuhkan supplier kayu manis dengan kwantitas 20 ton per bulan.
info penting: 1. bisa LC FOB TANJUNG PRIOK OR .....?
2. surat ijin eksport dan NIK dari supplier
3. sertifikat analisis dari sucofindo
4. siup dan NPWP
5. cnc dokumen

mohon jika ada petani or supplier yang ingin bekerjasama dapat info ke email saya

wisnu iskandar
wisher.1488@gmail.com