Sabtu, 09 Februari 2008

Jenang Lokal yang Mengglobal


Muhammad Hilmy

Siapa bilang jajan pasar tak bisa menjadi makanan berkelas ? Di tangan Muhammad Hilmy, adonan jenang yang dikelolanya mampu menembus pasar swalayan di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Tak hanya itu, jenang Kudus berbendera PT Mubarokfood Cipta Delicia (MCD) ini telah menjadi snack khusus jamaah haji embarkasi Jawa Tengah.

Sukses memasarkan jenang ini tidak ditempuh dengan mudah, melainkan penuh dengan lika-liku yang menghadang. Mulanya, tahun 1910, pasangan suami istri Mabruri dan Alawiyah yang tinggal di Kaliputu, Kudus membuatkan jenang untuk hajatan pernikahan. Melihat jenangnya diminati para tetangga, Mabruri mencoba menambah jumlah produksi dan dijual di Pasar Bubar, yang terletak dekat Masjidil Aqsha (Menara Kudus).

Nah, setelah mulai berjualan di pasar itulah kelezatan jenang buatan Mabruri mulai terkenal dari mulut ke mulut. Sepeninggal Mabruri, usaha ini jatuh ke tangan anaknya. Sebagai pewaris dan anak lelaki satu-satunya, A. Shochib Mabruri meneruskan usaha itu di tahun 1942. Sedikit demi sedikit ia terus memperkenalkan makanan khas ini supaya produksinya meningkat, salah satunya dengan memberikan merk jenangnya sehingga mudah dikenali.

"Bintang" begitulah merk yang hendak dipakai Shochib. Sayang, ternyata merk tersebut sudah ada yang memakainya. Shochib pun lantas menggantinya dengan merk "Sinar 33". Sinar diambil dari bintang yang bersinar, sedang 33 diambil nomor rumah tempat usahanya di Jl. Sunan Muria 33, Kudus, Jawa Tengah.

Strategi memberi label ini ternyata jitu. Jenang Sinar 33 pun pelan-pelan mendapat kepercayaan konsumen. Tahun 1975 Shochib mengeluarkan merk baru, yaitu Viva, Mabrur, dan Mubarok. Karena usia yang sudah cukup tua, Shochib mewariskan usahanya kepada anaknya, Muhammad Hilmy.

Di tangan kreatif Hilmy, ekspansi pasar pun terus dilakukan secara intensif. Sejak 1992 jenang produksinya sudah mulai nangkring di toko dan pasar di kota-kota besar di Pulau Jawa. "Di kota yang kota pariwisatanya kuat, kami sudah ada," kata Hilmy kepada Majalah Gontor saat ditemui sebelum menerima penghargaan dari Majalah SWA sebagai The Most Established Company tahun 2006 di Jakarta.

Menurut suami dari Nujumullaili jebolan Akuntansi Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta ini, usaha yang dilakukan ayahnya masih belum menjangkau toko atau pasar terlalu jauh, melainkan masih di wilayah Jawa Tengah saja. Selain itu, pada generasi pertama dan kedua masih belum banyak saingannya. "Akibat kurangnya kesadaran para produsen lain untuk kompetisi lebih sehat," ungkap pria kelahiran Kudus, 5 Februari 1963.

Kini, di tangan kreatif Hilmy, jenangnya bisa menembus pasar di luar Jawa, yaitu Bali, Batam,. Sumatera, Sulawesi dan sebagainya. Selain itu, ia sudah mengembangkan pasar ekspor. Secara rutin mereka mengirim jenang ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong, dan Arab Saudi.

Semakin tinggi pohon semakin kencang angin menerpa. Demikian bisnis yang dijalani bapak dari 4 anak ini, juga tak luput dari jatuh bangun dalam mengembangkan usahanya.

Jejak sang pionir ternyata diikuti oleh penjiplak. Jenang Sinar 33, yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat mulai diikuti produsen lain yang menjual jenang sejenis dengan menggunakan logo kemasan dan nama yang mirip. Misalnya jenang bermerk Sinar 3,3 atau 3o3 atau 333. Begitu pun saat Sinar 33 melakukan ekspansi dan mengeluarkan merk-merk lain. Merk baru pun ikut dijiplak. Ada produk lain yang menggunakan nama vip (huruf kecil) Mubarok, Al Mubarok, Mubarokatin atau Mubarokatun. Meski dengan pendekatan tertentu produk semacam ini dapat dihilangkan, tapi muncul lagi produk lain dengan nama yang mirip lagi. "Karena produk ini menjanjikan keuntungan," paparnya.

Pada awalnya MCD melakukan pendekatan persuasif kepada para penjiplak. Maklum, sebagian besar penjiplak adalah tetangga sendiri. Tapi, ada juga merk yang membandel. Ujung-ujungnya kasus pemalsuan merk ini diajukan ke pengadilan, dan mendapatkan penanganan secara serius dari pihak pengadilan.

Karena kasus penjiplakan ini, Hilmy hampir putus asa. Namun, sebagai muslim, dirinya sadar bahwa putus asa tidak diajarkan dalam Islam. Justru dari cobaan ini, dirinya semakin tertantang untuk mendongkrak omsetnya. "Selama itu tidak terlalu menggoyahkan pasar, kami anggap itu justru jadi pendongkrak," katanya.

Kini MCD terus berbenah diri, perusahaan juga telah berubah status dari CV menjadi PT. Selain itu, mereka juga mulai memperhatikan kualitas karyawan karena awalnya karyawan yang direkrut adalah sanak famili dan tetangga yang sebenarnya kurang memiliki keterampilan seperti yang diharapkan perusahaan. Laiknya industri maju, peralatan mesin pun sudah mulai digunakan untuk menggantikan pekerjaan yang semula dikerjakan dengan tangan. Kendati demikian, perusahaan tidak memPHK karyawannya.


Jenangnya Jamaah Haji

Sejak tahun 2001, jenang garapan Muhammad Hilmy dipercaya maskapai penerbangan Garuda sebagai perusahaan yang mensuplai makanan ringan untuk jamaah haji embarkasi Jawa Tengah.

Menurut Hilmy, persyaratan untuk bisa menembus jamaah haji cukup ketat, terutama menyangkut segi keamanan dan nilai gizi untuk semua kalangan usia. Seleksi diterima atau ditolaknya produk kami berdasarkan rekomendasi ACS, badan pengawas ahli pangan dan penyedia makanan yang mengantungi sertfikat ISO 9000 dan HACCP.

''Jenang Mabrur Haji dan Mubarok dipercaya maskapai penerbangan Garuda Indonesia sebagai snack resmi jemaah haji Indonesia dalam kurun waktu empat tahun terakhir,'' ujarnya. Pihaknya merupakan perusahaan makanan tradisional pertama, yang telah mendapat sertifikat ISO 9001:2000 dari PT Sucofindo.

Menurut Hilmy, keberhasilan jenang kudus sebagai snack jemaah haji tersebut, dampaknya adalah terbangunnya kepercayaan para pengusaha Timur Tengah yang semakin kokoh. “Sebab mereka dapat melihat sendiri jenang mabrur tersaji sampai di maktab-maktab jemaah Indonesia.

Kerjasama dengan Garuda tak hanya untuk konsumsi jamaah haji, pada tahun 2006, Mubarakfood dipercaya untuk mengisi makanan ringan penumpang pesawat Garuda jurusan Semarang – Jakarta dan Jakarta – Singapura. “Dengan demikian, jenang kudus lebih dikenal di luar negeri terutama Singapura,” ujarnya.

Ke depan, Mubarakfood berencana menjadikan produknya sebagai makanan khas bangsa Indonesia berkelas dunia. “Kami terus berupaya untuk mengembangkan Mubarakfood menjadi jenang unggulan bangsa Indonesia,” mantabnya.

Kemasan Menarik

Jenang yang diproduksi oleh PT Mubarokfood Cipta Delicia (MDC) terus melakukan ekspansi pasar. Kemasan produk-produknya pun dibuat sedemikian rupa sehingga menarik konsumen. Tak hanya itu, rasa pun juga cukup berfariasi, ada rasa mocca, durian, coklat, anggur, pandan, susu, dan kombinasi.

Pada waktu-waktu tertentu, misalnya menjelang hari lebaran, MDC membuat kemasan khusus yang membuat jenang kudus pantas menjadi salah satu hidangan antaran. Upaya ini tampaknya berhasil, karena menjelang hari lebaran, produknya naik sekitar 60 persen dari hari-hari biasa.

Menurut Muhammad Hilmy, generasi ketiga pengelola jenang kudus bermerk Sinar 33, Viva, Mabrur, dan Mubarok selalu memberikan kemasan menarik, hal ini untuk menaikkan gengsi jenang kudus. "Itu merupakan bagian dari upaya membentuk citra Kudus sebagai kota jenang," ujarnya pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Jenang Kudus yang membawahi 40 merek ini.

Bila selama ini citra orang pada jenang adalah jajanan di pasar tradisional, yang umumnya disukai kalangan menengah ke bawah, kini anggapan itu mulai terkikis, bahwa jenang bisa menjadi panganan bagi kalangan menengah ke atas dan layak pula di jual di pasar swalayan.

"Produk kami memang lebih diarahkan untuk kelas menengah ke atas, sehingga pemilihan bahannya, proses pembuatannya dan kemasannya diarahkan agar bisa bersaing di kelompok makanan pasar-pasar swalayan," paparnya.

Kendala

Menjaga mutu jenang adalah tugas berat yang harus dipikul Muhammad Hilmy dan krunya. Pasalnya, keterbatasan daya tahan jenang belum dapat diatasi. Penggunaan bahan pengawet yang tak melebihi kadar dan toleransi yang diizinkan untuk jenang, paling lama jenang bertahan sekitar tiga bulan. Lebih dari batas tersebut mutu jenang sudah tak prima lagi.

Karenanya, jenang yang tak terjual baik di pusat perusahaan, di tingkat agen maupun pengecer, segera ditarik dari peredaran. Jika kondisi jenang tersebut masih bagus, maka dilakukan daur ulang. Tapi begitu tampak ada jamurnya, jenang langsung dimusnahkan. “Dalam sehari kami bisa menghabiskan 3 ton adonan untuk produksi jenang,” katanya.

Kendala lain adalah ketika produk hendak ditingkatkan, terjadi keterbatasan bahan baku. Di samping terbatas barangnya, harga bahan baku seperti beras ketan, kelapa dan gula merah kerap naik.

Kendati demikian, Hilmy tidak khawatir, pasalnya dirinya telah menyiapkan tiga langkah untuk mengantisipasi kelangkaan bahan jenang. Yaitu memproduksi sendiri, mulai dari lahan hingga penggilan, berkerjasama dengan supplier dan membeli tepung kering yang sudah jadi, “Dengan pola ini situasi berbeda sudah kami antisipasi dan bisa terkendali,” ujarnya.

Berkah Didikan Gontor

Kisah sukses Muhammad Hilmy dalam menjalankan bisnisnya, tak lepas dari pendidikan yang selama ini ia dapat dari Pondok Modern Gontor. Pasalnya, gemblengan saat menjadi santri cukup mempengaruhi aktifitas Hilmy, terutama dalam menjalankan bisnis.

“Apa yang ada selama saya di pondok banyak membawa dampak dalam kehidupan saya sehari-hari terutama dalam berbisnis. Totaliltas pendidikan di pondok sangat luar biasa, mulai mengelola diri sendiri, lingkungan, menghadapi orang, perbedaan pendapat, mengelola manajemen konflik semua diajarkan di sana guna mencari solusi,” terang mantan Koordinator Pramuka di Pondok Gontor.

Pola-pola kemandirian, kesederhanaan, kebebasan berpikir yang tersurat dalam Panca Jiwa Pondok telah menjadi cambuk kecil bagi Hilmy untuk selalu siap menghadapi segala kemungkinan dalam menjalankan bisnisnya. “Panca Jiwa yang ditanamkan di Pondok sangat bermanfaat saat kita terjun di masyarakat,” papar lelaki yang menamatkan mondoknya pada 1983 ini.

Bagi Hilmy, dalam berbisnis itu tak hanya menjual produk semata, tapi lebih dari itu juga menjual kepercayaan. Artinya, kepercayaan yang selama ini terbina harus dijaga karena kepercayaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Untuk menumbuhkan sikap amanah ini, pihak perusahaan selalu memberikan motivasi kepada 150 karyawan melalui kegiatan mingguan dan bulanan. Di antaranya adalah mengadakan pengajian untuk siraman ruhani dan khataman al-Qur’an yang diadakan sebulan sekali, tepatnya setiap Jum’at Pahing. [] roji

Tidak ada komentar: