Rabu, 13 Februari 2008

Gerakan Politik Perempuan

Marissa Haque


Gerakan Politik Perempuan

Saat Presiden RI dipegang oleh seorang wanita, sebagian orang menyangsikan akan kemampuannya dalam memimpin negeri ini. Tak heran jika polemik kepemimpinan wanita pun menyeruak bak jamur di musim hujan.

Tak sedikit ternyata wanita yang menyatakan dukungan langsung kepada sosok kepemimpinan Mega ini. Salah satunya adalah artis dan sekaligus politikus wanita bernama Marisa Haque. Baginya, pemimpin wanita di Indonesia merupakan fenomena baru yang patut diberi apresiasi bagus, bukan sebaliknya.

Berikut petikan wawancara Fathurrozi NK dengan istri Ikang Fauzi, Marisa Haque saat ditemui di kediamannya di bilangan Bintaro, Jakarta.

Bagaimana pendapat mbak terhadap kepemimpinan perempuan yang saat ini sedang berlangsung?

kita menyadari bahwa sejak dibawah pemerintahan seorang perempuan keadaan yang tidak penuh kontroversi membuat kita lumayan tidak tegang, maka alangkah bertambah indahnya keadaan negri ini bilamana lebih banyak lagi para perempuan yang ikut serta sebagai pembuat keputusan politik dapat mencegah diskriminasi terhadap perempuan yang selama ini terjadi dalam masyarakat. Masyarakat akan lebih diuntungkan, karena diharapkan bila perempuan hadir dengan jumlah yang signifikan, perempuan dapat menghasilkan perubahan berarti; seperti perubahan cara pandang dalam menyelesaikan masalah-masalah politik dengan mengutamakan cara-cara anti kekerasan dan penuh dengan naluri perempuan seperti Ibu Presiden RI kita—Megawati Soekarnoputri.

Menurut mbak Icha apakah peranan perempuan saat sudah terwakili?

Ada sekitar 51 persen dari seluruh populasi penduduk perempuan di Indonesia. tapi sayangnya, persentase sebesar itu belum bisa mewakili perempuan di lembaga-lembaga pengambil keputusan lainnya—legislatif dan Judikatif. Kenyataan ini mencerminkan belum demokratisnya sistem perwakilan pada masa yang lalu di Indonesia. Situasi seperti ini sama artinya dengan meminggirkan kaum perempuan dari proses berpolitik. Akibatnya yang terjadi adalah, selama puluhan tahun, lembaga-lembaga politik di Indonesia sebagian besar diisi laki-laki dengan menghasilkan keputusan-keputusan yang dibentuk oleh kepentingan serta cara pandang yang mengabaikan suara dan kepentingan perempuan.

Apakah mbak merasa masih sedikit para perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan?

Tadinya saya berpikir bahwa hanya saya serta beberapa gelintir teman-teman perempuan tertentu adalah pengecualian yang merasakan perlunya ada gerakan perempuan mendukung perempuan lainnya demi untuk memenangkan sebuah persaingan. Akan tetapi alhamdulillah, belakangan saya seringkali dibuat terharu dengan melihat kenyataan dengan mata kepala sendiri, bahwa ternyata saya tidaklah sendirian dalam perjuangan ini. misalnya Ayu Utami (novelis), Nugie (penyanyi Rock), Radhar Pancadahana (sastrawan), dan Ray Sahetapy (aktor). Dan saat itu saya melemparkan bola isu tentang perlunya memilih seorang Presiden perempuan dengan beberapa pertimbangan unsur feminin, yang kemudian direspon secara riuh rendah oleh kawan-kawan saya tersebut diatas

Kenapa mbak memilih sosok perempuan sebagai pimpinan politik?

Sewaktu saya berada di Ohio University, Athens, USA, April 2002 yang lalu, melalui internet saya membaca sebuah tulisan kutipan dari speech Ibu presiden RI Megawati Soekarnoputri mengenai kaum perempuan yang tidak boleh cengeng untuk meminta quota 30% dan sebaiknya harus terus menerus mengasah dirinya demi kemajuan agar siap bersaing dan merebut peluang yang ada. Saat itu hati nuraniku berteriak diantara setuju dan tidak setuju. Saya setuju bahwa kesempatan untuk maju bukan dengan mengemis berikut kecengengan yang biasanya menjadi stigma pada sifat kaum perempuan, akan tetapi dengan merebutnya. Namun dilain pihak saya tidak setuju dengan pernyataan beliau tersebut diatas, karena jumlah 30% suara adalah merupakan jumlah minimal yang harus didapatkan bila kaum perempuan akan memperjuangkan sesuatu. Saat itu saya merasakan adanya getaran “amarah” dari teman-teman aktivis perempuan di Indonesia dari tempat tinggalku dikota kecil Athens, AS sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas. Akan tetapi sebagi seorang mahasiswa pasca sarjana, saya berusaha memahami latar belakang alasan yang membuat Ibu Megawati mengeluarkan pernyataan demikian.

Apa pengalaman menarik saat pembuatan film dokumenter di OHIO ?

Setelah kembali lagi ke Indonesia untuk mengambil cuti kuliah untuk ketemu keluarha dan kemudian kembali lagi ke Athens, guna menyerahkan studi independen membuat beberapa film iklan dan dokumenter, begitu mendengar bahwa rombongan Presiden RI akan datang ke New York untuk mengikuti KTT disana, tanpa berpikir panjang dengan dana saku yang pas-pasan khas layaknya seorang mahasiswa sayapun langsung terbang dari Columbus, Ohio menuju New York. Targetku hanya satu; mengusung obsesi lama membuat film dokumenter mengenai tiga orang pemimpin negara perempuan ditengah pro dan kontra. Mereka bertiga yang saya agendakan untuk diliput adalah; Megawati Soekarnoputri, Aung San Su Kyi, serta Gloria Macapagal Aroyo. Tentu yang pertama-tama aku akan kejar adalah Presidenku lebih dulu!

Bagaimana dengan komentar masuknya para artis di tubuh partai hanya sebagai penggembira saja?

Memang dalam Pemilihan Umum 2004, jumlah artis sebagai caleg atau artis berpolitik lewat partai cukup signifikan. Dan banyak orang mulai memperkirakan bahwa tampilnya para selebriti ke panggung politik bukan sekadar penggembira untuk menambah dukungan suara. Juga bukan hanya sebatas meramaikan bandwagon perarakan kampanye. Tapi diharapkan mempunyai makna yang lebih daripada itu. Para selebriti diharapkan masuk ke panggung politik parlemen dan di atas panggung sana untuk tampil sebagai artis plus; sebutlah menjadi tontonan. Karena mereka adalah sosok artis yang berkiprah sebagai politisi, tapi juga mampu tetap sebagai magnit yang berdaya tarik kuat serta mampu menjadi corong aspirasi rakyat, sama sejajarnya nya dengan para ekonom, pengusaha, atau latar belakang profesi lainnya—berkiprah di panggung politik.

Apa falsafah mbak dalam menjalani hidup?

Jadilah seperti air karena air merupakan sumber kehidupan. Ia lentur dan tahu beradaptasi. Bila ada batu karang menghadang, ia akan berbebelok mencari jalan lain dengan tujuan yang tetap. Air juga rendah hati karena selalu ingin pergi kedataran yang lebih rendah. Juga ketika suhu memanas air akan menguap, naik kelangit kemudian turun lagi kebumi untuk kesabaran bumi. Air akan menjadi teman, kala kita menyikapinya dengan ramah, tapi semua akan menjadi terbalik bila keadaan menjadi sebaliknya. Air dalam kehidupan, adalah indikator kualitas manusia dimata Tuhan.

Bagaimana seharusnya memperlakukan perempuan?

Makhluk perempuan yang diciptakan dari tulang rusuk. Bukan untuk berdiri didepan, diletakkan dikepala, atau disandarkan dibelakang. Akan tetapi untuk didekap didada, supaya dekat dengan hati. Andai almarhumah ibuku masih hidup, pasti kalimat-kalimat manis itu akan selalu terdengar oleh aku dan kedua adikku yang semuanya perempuan.


Bagaimana menjadi sosok orangtua (wanita karir) menurut mbak Icha?

Ketika orang memformulasikan bagaimana menjadi orang tua yang efektif tapi juga efisien—khususnya bagi ibu bekerja—aku selalu merefleksikan apa yang telah dilakukan oleh kedua orang tuaku, khususnya oleh ibuku tercinta kepada kami. Memang sejauh ini tidak pernah ada formula yang benar-benar cocok dan pas dari model satu keluarga kepada yang lainnya, karena setiap keluarga itu unik. Pendekatan yang dilakukan pasti berbeda, masalah yang ada pada masing-masing keluarga itu juga beda, apalagi bila kita merujuk jauh kebelakang terhadap suku, agama, dan ras. Segalanya akan menjadi sangat berbeda. Semakin kita coba bedah, maka akan semakin terlihat bahwa tidak mungkin kita mengimplementasikan seratus persen mentah-mentah model ideal sebuah rumah tangga terhadap lainnya.


Lalu apa saja yang bisa dijadikan ukuran untuk keluarga sukses dan ideal?

Bagi keluarga yang ingin ideal dan berhasil, rasanya dalam hal ini akan berlaku azaz relativisme dari sudut pandang mana kita melihatnya. Ibuku tercinta selalu berkata kepada kami, “Jangan pernah bertanya kepada orang lain apa yang menjadi idealmu, akan tetapi tanyakan kepada hati nuranimu dan Allah SWT.” Aku lakukan saran itu berkali-kali. Dan suara saran dari almarhumah ibuku itu selalu terngiang-ngiang ditelinga setiap aku bimbang akan segala sesuatu.

Menurut mbak, perempuan tangguh itu yang bagaiamana?

Ada dua kategori yang membagi perempuan menjadi tangguh, yaitu perempuan yang mendedikasikan dirinya seratus persen di rumah bagi suami dan anak-anak yang dilahirkan, dan perempuan yang bekerja diluar rumah karena berbagai pertimbangan. Kelompok yang kedua ini dibagi dalam beberapa sub kelompok karena tekanan ekonomi dan menggenapi gaji suami yang kurang memadai, dan karena aktualisasi diri sesuai dengan latar belakang referensi serta pendidikan.


Bagaimana hubungan jalinan keluarga mbak saat ini?

Bagi saya suami adalah mitra sejati dihati dan di dalam mengelola rumah tangga. Seorang sahabat, pacar, suami, a shoulder to cry on, serta seorang yang paling aku percaya untuk berbagi rahasia. Tak terbayangkan akan menjalani hidup ini semata wayang. Indahnya sharing adalah nikmat yang tiada tara. Rumah tangga kemudian menjadi tanggung jawab bersama antara suami istri. Yang mana di dalamnya ada aturan rumah tangga, proses mendidi anak, aktualisasi, dan pemuasan akan kebutuhan transendental. Dengan demikian perempuan tidak hanya terpatri didalam kodratnya sebagai konco wingking atau teman dibelakang yang urusannya hanya masak, manak, macak (memasak, melahirkan, dan berhias diri demi keperluan pria semata). Akan tetapi ia berda dekat dihati, sebagai mitra yang dipenuhi oleh rasa kasih, dan cinta. Oleh karena itu, pasangan suami istri yang sejuk akan menghasilkan perempuan yang sehat serta kuat lahir dan bathin, yang pada akhirnya akan menghasilkan generasi yang tangguh dan tahan banting. Insya Allah demikian adanya


Apa obsesi ke depan untuk dunia perfilman selain berpolitik?

Saya sebenarnya berobsesi untuk membuat sinetron bernuansa dakwah keislaman, sebab saya merasa kesal melihat sejumlah sinetron kita yang semakin jauh dari akidah. Misalnya maraknya serial sinetron yang bernuansa alam gaib, baik yang bersifat laga maupun komedi yang menjurus ke musrik bahkan celakanya lagi, beberapa sinetron seperti itu justru digarap oleh sutradara yang berstatus haji. Sayangnya lagi, saat ini nyaris tidak ada sinetron bernuansa dakwah yang bisa bertindak sebagai pengimbang sinetron seperti itu. Itu baru yang bernuansa alam gaib, belum sinetron yang lebih kebarat-baratan hingga dikahawatirkan bisa berdampak negatif terhadap kepribadian bangsa kita yang agamis. Kecenderungan itu, selain televisi swasta kita terlalu bisnis oriented, juga karena kekurangan SDM pertelevisian yang handal.

Sekilas Marissa Haque

Marissa Haque dilahirkan di Balikpapan pada 15 Oktober 1962. Kedua orang-tuanya menikah di Surabaya. Mereka berdua bertemu ditempat kerja--perusahaan minyak Belanda yang bernama Shell-BPM. Ibuku dahulu adalah sekretaris senior yang menguasai empat bahasa asing. Akan tetapi setelah menikah dengan ayahku, beliau dengan kesadaran penuh memilih menjadi seorang ibu rumah tangga murni. Hasilnya sekarang setelah keduanya tiada, buah dari perjuangan Ibu dan Ayahku adalah; tiga anak wanita yang kesemuanya mandiri.

Disamping aktif dalam panggung politik, sekarang ia menjadi seorang Sutradara, Produser, Editor, dan Penulis Skenario Film.

Icha bersuamikan penyanyi rock kondang Indonesia, Ikang Fawzi. Hingga sekarang dikaruiniai dua orang anak gadis yang bernama; Isabella Muliawati Fawzi (28 January 1988) dan Marsha Chikita Fawzi (28 January 1989).

Dalkam menjalan keluarga, mereka berusaha selalu kompak dan sehati. Dan bertekad menjalankan kehidupan yang demokratis, terarah, santun serta Islami. Mereka biasa mengobrol dengan satu keluarga di meja makan. Sebab mereka menganggap bahwa dialog yang santun dan cerdas harus dimulai dengan latihan-latihan kecil yang biasa dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya dirumah, khususnya dimeja makan.

Pendidikan

Obsesinya dalam dunia perfilman, membuat ia harus meninggalkan suami dan kedua anak perempuannya yang masih remaja untuk meneruskan study kesarjanaan di School of Film di Ohio University, Athens, Ohio, USA. Icha ingin usai belajar dari Ohio mengamalkan seluruh pengetahuan yang dimilikinya untuk Indonesia tercinta.

Di samping kecintaan dan dedikasinya pada dunia entertainment, ia tak pernah melupakan pendidikan formal. Sebagai bukti kecintaannya terhadap pendidikan, setamat dari Universitas Trisakti jurusan Hukum pada oktober 1989. ia kemudian melanjutkan program Master (S2) di Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta dengan jurusan English Applied Linguistic (Linguistik Terapan Bahasa Inggris).

Prestasi

Grant:

1. Yayasan Kawula Alit Nusantara, 2004
Untuk mendapatkan MA pada School of Telecommunication di Ohio University, Athens, Ohio, AS.

2. Federal Assistance Award (USA), 2002
Mendapatkan pertukaran program "Teaching Tolerance" dengan Indonesia, yang membuat 7 sampai 10 versi tiap menitnya untuk iklan layanan masyarakat (PSA).
Mengudara pada beberapa stasiun televisi swasta maupun televisi negara Indonesia pada awal 2003.

3. OGS Scholarship from Ohio University, 2001
Mendapat MFA pada the School of Film

4. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (DEPNAKER RI), 1997, Indonesian Manpower Department
Membuat 27 episode @ 24 (duapuluh empat menit) mengenai TKW Indonesia yang bekerja di Saudi Arabia

5. Indomobil Grant, 1992
Membuat 12 (dua belas) episode drama @ 24 (duapuluh empat menit)dengan beberapa mobil yang diproduksi oleh perusahaan sebagai properti film.

6. North Sumatra Tourism Promotion Board, 1990
Membuat film layar lebar dengan lokasi di Medan (Indonesia) dan Amsterdam-Holland, durasi 90 menit dengan judul "Yang Tercinta".

Award:

1. Peraih Second Most Popular Actress dari Frank Small Associate research centre, 1995

2. “Salah Asoehan”, 1994, dimana ia yang memproduseri dan pemimpin tim skenario memenangkan 3 awards di Cinema Electronic Festival: Best Drama TV, Best Cinematography, Best Art Director, Best Editor, Best Music Illustrator, Best Supporting Actress, Best Director.

3. Mendapatkan kehormatan dari PT. INDOMOBIL GROUP (Bpk. Subronto Laras dan Bpk. Angky Camaro) untuk mencantumkan nama Marissa Haque pada jenis mobil Suzuki Forsa Esteem untuk versi terbatas (Limited Version)-- MH Limited, 1993.

4. Peraih ketiga dari Most Famous Indonesian Actress by SCTV (Surya Citra Television), 1993 yang diadakan setiap tahun.

5. “Perempuan Perempuan”, 1992, nominasi untuk drama seri terbaik di Cinema Electronic Festival untuk pertama kalinya

6. “Yang Tercinta” 1991, nominasi untuk film produksi terbaik pada Indonesian Film Festival

7. Terpilih sebagai The Second Most Famous Indonesian Actress oleh Majalah POPULAR, 1990.

8. Peraih “Best Actress” dalam film “Matahari Matahari”, 1987 di 62th Asian Pacific Film Festival di Taipei-Taiwan.

9. “Biarkan Bulan Itu”, 1986, nominasi untuk Aktris Terbaik pada Indonesian Film Festival

10. Terpilih sebagai The Second Most Famous Indonesian Actress oleh Majalah GADIS, 1986

11. Peraih “Best Supporting Actress” dalam film “Tinggal Landas Buat Kekasih”· 1985 pada Indonesian Film Festival

12. Nominasi “Best Supporting Actress” dalam film “Serpihan Mutiara Retak” 1985, pada Indonesian Film Festival

13. Terpilih sebagai The Second Most Famous Indonesian Actress oleh Majalah GADIS, 1985

14. Terpilih sebagai The Second Most Famous Indonesian Actress oleh Majalah GADIS, 1984

15. Terpilih sebagai The Second Most Famous Indonesian Actress oleh Majalah GADIS, 1983

16. Terpilih sebagai “The Queen of Toyota Astra Motor”, 1983 dari seluruh model di Asia Tenggara

17. Terpilih sebagai The Second Most Famous Indonesian Actress oleh Majalah GADIS, 1982

Tidak ada komentar: