Jumat, 08 Februari 2008

Bisnis Jilbab Tembus Mancanegara


Rike Roslinawati
Mulanya, Rike Roslinawati hanya mencoba-coba membuat jilbab untuk dipakai sendiri. Namun ternyata, teman-temannya di pengajian banyak yang meminatinya. Kini, jilbab buatannya sudah merambah Malaysia dan Singapura.

Saat membuat jilbab, Rike Roslinawati mencoba memahami tiga kata kunci yang dicari wanita saat memilih jilbab, yakni praktis, modis, dan tidak panas. Karena itu, ia sengaja membuat jilbab sesederhana dan sepraktis mungkin. "Pemakai yang baru mengenakan¬nya tidak kesulitan mengenakannya," ungkapnya kepada Majalah Gontor saat ditemui di salah satu show room-nya di bilangan Kuningan, Jakarta.

Karenanya, wanita kelahiran Bandung, 22 Juni 1970, ini selalu memilih bahan yang lembut dan lentur agar nyaman digunakan dan tidak terasa kaku. Selain itu, bahan yang dipilih adalah bahan yang tetap nyaman dipakai dalam udara panas sekalipun.

Memulai usaha jilbab sejak dua tahun lalu, Rike hanya bermodal uang beberapa ratus ribu rupiah saja. Bisnis ini terinspirasi dari pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal¬nya yang sering diikuti¬nya. Dengan modal pas-pasan itu, ia membuat puluhan jilbab dan ditawar¬kan kepada rekan-rekannya di pengajian. Dan ter¬nyata jilbab buatan¬nya digemari rekan-rekannya. Sejak saat itu bisnis Rike mulai berkembang.

Ia pun menjadi semakin percaya diri dan tertan¬tang. Rike mem¬per¬banyak ko¬leksi jilbab¬nya. "Alhamdulillah, banyak konsumen yang tadinya iseng kini menjadi pelanggan. Mereka bahkan menjadi agen karena teman-temannya tertarik dengan kerudung yang ia gunakan," ujarnya.

Tak hanya berkutat di lingkungan sekitarnya, Rike pun mencoba memasarkan produknya lebih luas lagi. Untuk maksud itu ia selalu membuka stan pada pameran-pameran bernuansa Islam. Dari ajang inilah ia mulai berkenalan dengan banyak orang. Bukan hanya pembeli tapi juga bisa bertemu dengan para pedagang atau rekan bisnis.

Selain itu, Rike gesit mendatangi tempat-tempat pengajian, mal, dan pasar untuk mempromosikan jilbabnya. "Dalam setiap kesempatan saya membagikan brosur, membuka stan pameran, menda¬tangi konsumen, atau berdiskusi dengan konsumen," kata ibu dari Riansya Fikri Primandika Akbar (10) dan Elika Permata Aina Putri (8).

Atas saran sang suami, Drg Deden Edi Soetrisna, MM, Rike mengembangkan sistem agensi untuk merambah kon¬su¬men. Ia membangun agen-agen penjualan sebanyak mungkin. Yang dibidik adalah para kaum ibu. "Ber¬silaturahmi sambil men¬dapat rezeki tambahan," demikian kiat Rike da¬lam membangun bisnisnya.

Dalam kurun waktu hanya satu tahun, ia sudah memiliki lebih dari 50 agen --yang ter¬sebar di Jawa dan luar Jawa. Mereka semua siap memasarkan jilbab bermerk PerMata, produk buatan Rike. Bahkan, produk Rike sudah menembus pasar di Malaysia dan Singapura. Sambutan pasar yang positif membuat Rike makin bersemangat.

Kini, setiap bulan, Rike bersama 8 karyawan yang direkrut dari remaja aktivis masjid, mampu memproduksi 2.700 jilbab. Untuk memproduksi jilbab sebanyak itu Rike mengaku sering kesulitan menemukan bahan baku yang cocok dengan kriteria yang dipatoknya. Karena itu ia kerap membeli¬nya dari luar negeri.

Selain di rumahnya, Rike mempunyai show room di JaCC, jalan Mas Mansyur Jakarta dan di lantai 4 ITC Kuningan, Jakarta. Meski bisnisnya berkembang, Rike lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk ke¬luarga, mengikuti pengajian, atau ber¬silaturahmi dengan para agennya.


Bakat Sejak SD

Bakat bisnis Rike sudah ada sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Saat SD ia pernah jualan permen, stiker, dan karet gelang. Naluri bisnisnya terus terasah seiring tingkat pendidikannya. Saat SMA, ia berdagang tas kain buatannya sendiri. ''Hampir seluruh tas sekolah di SMA 1 Bandung periode 1989-1990, saya yang membuat,'' kenang lulusan Sastra Inggris, Universitas Islam Nusantara, Bandung.

Kebiasaan berbisnis ini terus ia jalani ketika kuliah di Universitas Islam Nusantara. Sebagai mahasiswa, Rike boleh berbangga hati karena bisa membayar biaya kuliah sendiri, tanpa harus merepotkan orangtuanya.

Kini, Rike mengaku lebih bangga lagi. Kebanggaan itu muncul ketika melihat banyak wanita yang memutuskan berjilbab setelah mencoba produknya. Sementara mereka yang sudah berjilbab menggantinya dengan jilbab panjang yang menutupi dada setelah melihat produk jilbab panjang buatan Rike yang modis. "Inilah salah satu tujuan saya berbisnis. Mensyiarkan agama Allah dengan pakaian yang menutup aurat," ujar Rike yang kerap mengisi pengajian di lingkungan tempat tinggalnya.

Sebagai seorang ustadzah, Rike mempunyai anggota pengajian sebanyak 20 orang. Sebagian besar adalah remaja putri. "Tak hanya berdagang, saya ingin menyampaikan syiar walau hanya satu ayat," tutur Rike yang mematok harga Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu untuk setiap produk jilbabnya. [] rozi

Catatan: Gontor, Edisi 08 Tahun III Desember 2005/Syawwal 1426

Tidak ada komentar: