Jumat, 08 Februari 2008

Berkah La Tahzan


Rusdy Mahdamy

Berawal dari bisnis di kampus, Rusdy Mahdamy berlabuh di bisnis penerbitan. Buku terbitannya, La Tahzan, laris manis hingga terjual lebih dari 150 ribu eksemplar.

La Tahzan. Itulah judul salah satu buku best seller tahun lalu. Buku karya ulama dan cendekiawan Muslim asal Arab Saudi, Dr 'Aidh al-Qarni, itu hadir di Indonesia melalui tangan Rusdy Mahdamy, pemilik penerbit Qisthi Press. Lewat bendera Qisthi Press, Rusdy berhasil mengantarkan buku La Tahzan ke lebih dari 150 ribu pembaca di Indonesia. Bahkan ia berhasil mengundang sang penulis buku La Tahzan, Dr 'Aidh al-Qarni, ke Indonesia dalam rangka pameran buku-buku Islam (5th Islamic Book Fair 1427) di Istora Senayan Jakarta, 4-12 Maret 2006.

Sukses pria kelahiran Denpasar, 4 April 1972, di dunia penerbitan ini tidak dengan mudah ia raih. Sebelum sukses di dunia penerbitan, Rusdy telah melakoni berbagai macam bisnis . Ia misalnya pernah menjajakan pakaian, kaos, dompet, dan batik. Rusdy bahkan pernah bekerja pada distributor makanan di Arab Saudi.

Bisnis Rusdy berawal dari Kampus Institut Teknologi Kimia Malang, tempat ia kuliah. Di kampus itu ia jualan baju batik, kaos, jaket, celana, dan dompet khas Bali. Sejak duduk di bangku kuliah semester pertama, Rusdy sudah mencari nafkah sendiri. Dengan bisnisnya itu ia bisa membiayai kuliahnya hingga tuntas.

Untuk mengembangkan usahanya, Rusdy tak hanya jualan di kampus. Ia juga menawarkan barang dagangannya, busana Muslim, ke beberapa kiai yang biasa bersedekah ke warga sekitar menjelang lebaran.

Dengan motor butut Rusdy mengangkut barang dagangan ke sejumlah daerah pedesaan di sekitar kota Malang. Karena itu debu bercampur peluh sudah biasa menghiasi wajahnya. Kendati demikian ia tetap optimis bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT. "Setiap tetes keringat saya yakini sebagai pahala. Karena itu meski lelah, saya tetap semangat karena itu ibadah, apalagi pada bulan puasa," tuturnya.

Saat tamat kuliah, bisnis Rusdy mulai menurun. Ia pun banting setir menjadi karyawan sebuah perusahaan distributor makanan untuk toko-toko di Riyadh, Arab Saudi. Namun ia tidak lama menggeluti karirnya. Sebab, ia lebih tertarik menjadi entrepreneur daripada menjadi karyawan.

Keputusan sudah bulat, tahun 2002 Rusdy kembali ke Indonesia dan mulai merintis bisnis penerbitan buku-buku Islam. Sebenarnya ada banyak pilihan bisnis saat ia memutuskan pulang ke Indonesia. Di antaranya adalah memproduksi kapur tulis dan minuman ringan. Namun karena latar belakang keluarga banyak di dunia penerbitan, maka ia memutuskan menekuni bidang tersebut.

"Dari penerbitan buku-buku Islam, saya berharap tidak hanya mencari keuntungan duniawi, melainkan juga investasi akhirat. Karena apa yang saya terbitkan berisi tentang ajaran Islam. Karena itu bisnis ini merupakan media syiar Islam," ujar bapak dua anak, Nadin dan Naura.

Dengan modal Rp 10 juta Rusdy mengibarkan bendera Qisthi Press sebagai langkah awal menerbitkan buku-buku Islam. Buku pertama yang ia terbitkan berjudul "Benteng Akidah" . Buku yang dicetak sebanyak 2.000 eksemplar itu kurang memperoleh respon pasar. Karenanya, honor untuk penerjemah, editor, dan designer tertunda. Begitupun pembayaran kepada percetakan. "Semua saya outsourching, dan saya minta pembayaran di-pending hingga penjualan laku," paparnya.

Tak menyerah begitu saja, Rusdy kembali menerbitkan buku terjemahan dengan judul "Bid'ah-bid'ah yang Dianggap Sunnah" sebanyak 2.000 eksemplar. Alhasil, nasib buku kedua cukup baik dibanding buku pertama. "Alhamdulillah, buku kedua ini cukup laris sehingga bayaran yang awalnya ditunda sudah bisa dibayar semua," kenangnya.

Lewat learning by doing, Rusdy terus memperbaiki kualitas terbitannya. Mulai dari penerjemahan, lay-out bahkan tampilan luarnya. Hingga terbitan buku ke-8, semua pekerjaan masih ditanganinya sendiri. Rusdy mencari sendiri penerjemah, editor, dan percetakan. Sedangkan untuk distribusinya ia menggunakan jasa distributor. "Awalnya memang perlu perjuangan keras. Alhamdulillah pada terbitan buku kesembilan saya sudah mempunyai staf untuk membantu," akunya.

Rusdy kemudian berinisiatif mengangkat tulisan ulama kondang dari Arab Saudi, Dr 'Aidh al-Qarni, yang buku-bukunya banyak terjual di Timur Tengah. Di antara buku best seller-nya berjudul La Tahzan.

Dibutuhkan waktu 6 bulan untuk menerjemahkan dan mengedit buku itu. Ini karena saat itu sang penerjemah juga sedang menyelesaikan buku lain. "Karena buku aslinya di Timur Tengah cukup laris, akhirnya penerjemah mempercepat penerjemahannya. Jika tidak, penerjemahan bisa lebih dari 6 bulan," papar Rusdy.

Buku La Tahzan akhirnya diterbitkan oleh Qisthi Press sebagai satu-satunya penerbit yang memegang copy right (hak penerbitan) La Tahzan versi bahasa Indonesia. Rusdy mengantongi otoritas itu langsung dari penulis buku La Tahzan, Dr 'Aidh al-Qarni.

Tak cuma itu, ia bahkan mengundang Dr 'Aidh al-Qarni pada pameran buku-buku Islam yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, 4-12 Maret 2006. Hal ini makin menguatkan bukti, Qisthi Press-lah satu-satunya penerbit Indonesia yang berhak menerbitkan buku La Tahzan versi bahasa Indonesia.

Menyikapi banyaknya penerbit lain yang juga menerbitkan buku La Tahzan, Rusdy mengatakan, awalnya mereka tidak mengetahui kalau lisensi itu ada pada Qisthi Press. "Setelah saya beritahukan kepada beberapa penerbit, mereka mengerti dan menghentikan penerbitannya. Tapi ada juga penerbit yang membandel," ungkapnya.n rozi


Rezeki dari Kampus

Bisnis Rusdy memang jauh dari latar belakang pendidikannya. Bisnis buku tak ada kaitannya dengan ilmu yang ia pelajari saat kuliah di Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Kimia Malang. Kendati demikian, ia menikmati bisnisnya. "Yang penting hasil dari usaha ini halal," ungkapnya saat ditemui Majalah Gontor di kantornya.

Keunikan lain dari bisnis Rusdy, ia mengawalinya tanpa modal sepeserpun. Itu terjadi saat ia merintis bisnis barang-barang khas Bali. Ia hanya bermodal kepercayaan dari seseorang. Dari modal kepercayaan inilah, ia mendapatkan keuntungan, hingga akhirnya bisa kulakan barang dan menjual di kampus-kampus di Malang.

Mitra kerjanya adalah rekan-rekan kuliahnya. Rusdy menyebar mereka ke berbagai kampus untuk menjual dagangannya. "Malang adalah kota pelajar yang bisa digali potensinya untuk menjemput rezeki," papar suami Fatmah Syuaib.n rozi


Buku-buku Al-Qarni

Cetakan pertama La Tahzan seba-nyak 3.000 eksemplar ludes di pasaran dalam dua minggu. Begitu juga dengan cetakan-cetakan berikutnya. Kini, La Tahzan sudah terjual lebih dari 150 ribu eksemplar. "Tak hanya laris di Timur Tengah, buku La Tahzan ternyata juga laris di Indonesia," terang Rusdy.

Selain La Tahzan, Qisthi Press juga menerbitkan karya al-Qarni yang lain. Di antaranya buku "Menjadi Wanita Paling Bahagia". Buku ini juga laku keras -sudah menembus angka 100 ribu eksemplar. "Ini prestasi luar biasa," lanjut Rusdy dengan wajah berseri-seri.

Ke depan, ia berencana tak hanya menerbitkan buku-buku dari Timur Tengah, tapi juga buku-buku Islam dari negeri lain. Untuk itu ia sudah mulai melakukan pendekatan. Selain itu, Rusdy juga berencana menerbitkan biografi-biografi Muslim terkenal. Untuk langkah awal, ia telah menerbitkan biografi Rasulullah SAW. "Kami akan menerbitkan biografi para sahabat, tabi'in, atau para pemikir-pemikir Islam masa lalu, dan figur-figur lain."

Untuk memudahkan pemilihan buku-buku terbaru dari Timur Tengah, Rusdy telah memiliki mitra kerja di Saudi Arabia dan Mesir. Ia juga gemar melakukan riset di internet untuk mencari buku-buku yang layak diterbitkan.

"Saya punya keyakinan, kita akan mendapatkan sesuatu sebesar perhatian yang kita berikan," demikian kiat Rusdy dalam menjalankan bisnisnya. Jadi, bisnis membutuhkan keyakinan dan pikiran yang fokus.[] roji

Tidak ada komentar: