Jumat, 15 Februari 2008

Meraup Untung dari Si Buyung


Bisnis pakaian bayi dan ibu hamil cukup menggiurkan. Selama masih ada ibu hamil, bisnis ini dijamin akan terus berjalan.


Perut Indri kian membuncit. Usia kandungannya sudah masuk bulan ke delapan. Meski si buah hati belum lahir, Indri sudah sibuk memilih pakaian untuk buah hatinya. Berbagai perlengkapan untuk si “buyung”, mulai dari popok, sarung tangan, topi, kain gurita, bedak, minyak, keranjang dorong, bahkan boks bayi mulai dibeli.

Kebutuhan menjelang persalinan ditangkap oleh sebagian orang untuk berbisnis. Usaha ini tak mengenal waktu, alias bukan bisnis musiman. Selagi masih ada orang hamil, maka selama itu pula perlengkapan bayi dibutuhkan.

Itulah yang dilakukan Ifdinal, dan Marie Ariesty, istrinya. Mereka mulai merintis bisnis perlengkapan bayi sejak tahun 2000, dengan modal Rp 500 ribu. Kini toko mereka dengan label "Meri" itu telah berhasil menggaet omzet Rp 3 juta sehari. Keuntungan bisa di ambil antara 10-20 persen.

Awalnya Ifdinal membuka toko dengan beberapa potong perlengkapan bayi, seperti baju, celana, popok, kain bedongan di pertokoan International Trade Center (ITC) Cipulir, Jakarta Selatan. Kini dia mampu menempati 8 toko yang berada di lantai 1, dan lantai dasar. "Semua butuh perjuangan dan kerja keras, Mas," katanya.

Ifdinal dulu pernah bekerja di percetakan dan toko korden. Tapi kemudian dia banting setir, dengan membuka usaha perlengkapan bayi dan ibu hamil. Alasannya, trend perlengkapan bayi perubahannya sangat sedikit di banding mode pakaian orang dewasa yang setiap waktu terus mengalami perubahan.

Selain itu, perlengkapan bayi akan terus dibutuhkan para ibu yang sedang mengandung. "Selagi masih ada orang hamil, maka bisnis ini akan tetap jalan," tandasnya.

Kendati demikian, menurut Ifdinal, untuk memulai bisnis di dunia bayi ini seseorang harus tetap memerhatikan lingkungan sekitar. Artinya, lingkungan bisnis harus strategis, misalnya dekat dengan permukiman, banyak orang lalu lalang, dekat dengan jalan umum, dan mudah dijangkau.

Sebab calon pembeli perlengkapan bayi, biasanya ibu-ibu yang dalam kondisi hamil sehingga mereka akan mencari tempat yang mudah dijangkau. "Kita juga harus mengetahui kondisi psikologis calon pembeli," kiatnya.

Untuk memberikan layanan terbaik kepada konsumen, Ifdinal kerap menerapkan langkah pendekatan langsung kepada calon pembeli yaitu dengan cara memahami, dan mengenal apa yang dibutuhkan. Karena itu, kejujuran adalah kunci utama dalam menjalankan bisnis ini. "Saya tidak mengambil banyak untung, yang terpenting adalah bagaimana konsumen menjadi betah, dan terus memercayakan kepada kami," tambahnnya.

Guna memenuhi kebutuhan konsumen, Ifdinal secara bertahap menjadikan toko usahanya sebagai toko //one stop shopping//, artinya segala perlengkapan bayi dari A hingga Z tersedia di tokonya. "Kami terus melakukan penyempurnaan. Syukur-syukur kalau bisa menyediakan segala kebutuhan bayi dan ibu hamil," terangnya.

Harga berbagai macam produk yang dipatok di toko Meri juga bervariasi, mulai dari harga Rp 3 ribu hingga Rp 2,5 juta. Barang dagangan yang digelar pun tak hanya untuk konsumen eceran melainkan juga grosir. Perbandingannya antara keduanya 25 persen konsumen grosir, dan 75 persen konsumen eceran.

Dominasi dari konsumen eceran ini dikarenakan lokasi yang ia tempati kebanyakan adalah para pembeli eceran, "Kebanyakan yang datang ke ITC ini para pembeli eceran," katanya.

Ifdnal mengakui kalau pemasaran yang dilakukan selama ini hanya dengan model getok tular atau dari mulut ke mulut. Cara ini, menurut Ifdnal, cukup efektif dan tidak memerlukan ongkos yang besar. "Awalnya dari orang-orang terdekat, lama-kelamaan pelanggan tak hanya dari Jakarta tapi sudah masuk wilayah Tangerang, dan Bekasi," katanya.

Adapun pemasaran melalui dunia internet yang kerap dilakukan banyak orang masih belum dia lakukan. Dia mengakui pemasaran melalui internet, pasarnya tak hanya lokal, tapi juga bisa ke wilayah yang lebih luas.

Sebagaimana yang dilakukan Ahmad Sarifudin, 30 tahun. Dengan website bernama “Daffa Baby Shop”, ia mengaku kerap mendapatkan order dari berbagai daerah di Indonesia.

Sebelum menembus pemasaran melalui dunia maya, Ahmad membuka tokonya di bilangan Ciledug Raya, Tangerang dengan modal awal sekitar Rp 30 juta pada Juni 2007. meski tergolong baru, para pembeli yang datang cukup untuk menutupi modal yang dia keluarkan.

Dalam sebulan, omzet yang dia raup mencapai Rp 10 juta. Dan sekitar 20-30 persen keuntungan masuk ke kantong Ahmad. Ia mengakui omzet yang ia raup masih tergolong kecil karena bisnis yang ia geluti juga masih baru. Namun demikian, ia tak berhenti begitu saja. Salah satunya dengan cara memasarkan produknya melalui internet.

"Di internet, pasar yang kita bidik lebih luas jangkauannya dan tak hanya di daerah di mana lokasi kita berada, tapi juga bisa menjangkau luar negeri," paparnya. Saat ini daerah yang sudah menjadi pasarnya adalah Medan, Surabaya, Palangkaraya, Lampung dan lain sebagainya.

Pemasaran melalui media internet lebih efektif dan fleksibel di banding harus membuat pamflet atau media lainnya. Kelemahannya, kalau pemasaran di internet hanya bisa diakses oleh konsumen yang tahu dunia internet. Jika tidak, akan mengalami kesulitan.

Untuk melengkapi persediaan dagangannya, Ahmad memilih menjalin kerja sama dengan para pedagang besar yang ada di wilayah Cipulir. Pasalnya, pasar Cipulir memang dikenal sebagai tempat grosir dan eceran perlengkapan bayi. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada order besar atau mengurangi barang yang tidak laku.

Ahad mengakui kalau produk yang kerap dipesan oleh konsumen banyak berupa kado untuk kelahiran bayi, yang isinya memiliki banyak variasi, dari bedak, popok, baju setelan, bahkan mangkok serta botol susu bayi. "Semua tergantung pesanan," katanya.

Alasan Ahmad menekuni usaha perlengkapan bayi, karena bisnis ini tidak lekang oleh waktu, dan trennya tidak mudah berubah di banding perlengkapan orang dewasa yang mudah berubah. "Selagi masih ada orang hamil, maka bisnis ini masih memiliki peluang bagus ke depan," paparnya.

Menurut dia, bisnis ini tidak mengenal musim, model pada pakaian bayi tidak cepat usang, yang berubah hanya motifnya saja. Terakhir usaha ini cepat lakunya karena masa pakai pakaian bayi sangat cepat berubah. "Jadi prospek bisnis ini cukup baik ke depannya," paparnya. Fathurrozi

Tidak ada komentar: