Kian ramainya pengguna sepeda motor, ternyata membawa berkah bagi pebisnis aksesoris motor. Omsetnya pun bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Omset besar Di antara orang yang menangkap peluang itu adalah Yupe. Pemilik toko Waroeng Bikers di bilangan Depok ini memiliki dua model pasar pelanggan, yaitu pasar dengan anggota para //biker// di sekitar Depok, dan pasar umum atau pengguna motor yang tidak masuk klub. Baginya, pelanggan dari kalangan klub cukup potensial dibanding pelanggan umum. Yupe bahkan berani memberi potongan harga atau bayar jatuh tempo kepada anggota //biker// yang berbelanja di tokonya. Tak heran, jika komunitas penggemar motor banyak yang memilih toko Waroeng Bikers untuk memenuhi keperluan motornya. Yupe memulai usaha pada awal 2007, dia pun harus merogoh kocek sekitar 40 juta rupiah. Modal tersebut digunakan untuk menyewa tempat dan membeli aneka aksesoris motor dari para suplier besar yang memiliki kedekatan langsung dengan pabrik. Meski usahanya ini masih terbilang kecil, namun Yupe cukup senang, karena dalam sebulan dia bisa memiliki omset sekitar 15 juta rupiah, dengan keuntungan bersih mencapai 5 juta rupiah. Menurut Yupe, berbisnis aksesoris motor ini harus peka dengan tren masyarakat, terutama para penggila motor, yang biasanya selalu berkembang setiap tiga bulan. Jika tidak, maka barang dagangannya akan ketinggalan zaman, dan tidak laku. Untuk mengantisipasi berkembangnya tren, Yupe harus banyak membaca majalah-majalah otomotif, berkomunikasi dengan para //biker//, hingga //brousing// di internet untuk mencari informasi mutakhir yang tengah berkembang di kalangan //biker//. Alasan menjadikan para //biker// sebagai patokan, karena masyarakat umum biasanya akan meniru para //biker// ini dalam hal aksesoris. Menurut Yupe, aksesoris yang laris dijual di pasaran biasanya menyesuaikan dengan musim atau cuaca, seperti musim hujan dan kemarau. Untuk musim hujan, biasanya aksesoris yang paling laris adalah jas hujan atau juga sepatu hujan. Sedangkan pada musim kemarau, biasanya jaket, //body protector//, masker dan sarung tangan yang laku. “Selain itu, aksesoris lainnya biasa-biasa saja,” paparnya. Membidik pelanggan umum Lain lagi dengan Mas Alim, salah seorang pengelola Kartika Motor di jalan Kalimalang, Jakarta Timur ini juga merasakan dagangannya cukup laris. Setiap hari, selalu ada pengunjung yang membeli atau hanya sekadar bertanya mengenai harga. Alim, yang baru membuka kios keempatnya ini pada Maret lalu, mengaku harus merogoh kocek sebesar 50 juta rupiah untuk modal usaha. Setiap bulannya, dia bisa memiliki omset minimal 15 juta rupiah. Dari jumlah omset tersebut, dia bisa menyisihkan 30 persen sebagai keuntungan. Saat ini, Alim telah memiliki beberapa cabang toko peralatan motor di tiga tempat, satu di bilangan Bekasi, lainnya di Tangerang dan Ciledug. Rata-rata, toko yang dibukanya bermodalkan sekitar 50 juta rupiah, dan memiliki omset yang hampir sama (15 juta rupiah perbulan). Untuk mengembangkan usaha, dalam sebulan, Alim minimal harus menginvestasi 10 juta rupiah untuk keperluan pembelian barang-barang. Untungnya, barang-barang yang dibelinya berasal langsung dari pabrik, sehingga harganya bisa lebih murah. Dalam memasarkan, Alim memberi harga yang cukup bervariasi, mulai dari seribu rupiah hingga 350 ribu rupiah. Harga ini mulai dari baut, sarung tangan, masker, stiker, jas hujan, jaket, alas dada, spion, dan helm. Berbeda dengan Yupe, Alim merasa pembeli dagangannya akan melonjak jika datang musim Agustusan, atau menjelang lebaran dan tahun baru. Dia juga tidak begitu membidik pasar dari kalangan anggota klub pencinta motor, tetapi hanya fokus pada penjualan kepada masyarakat umum, dari kalangan para karyawan yang bekerja di Sementara itu, Acep Holyudin pemilik Biker Art Center (KST) di bilangan Lenteng Agung, juga merasakan hasil menggiurkan dari usaha ini. Bahkan, kini dia memiliki enam toko yang menjajakan perlengkapan motor, yaitu di Tanah Abang, Cimanggis, Kramat Jati, Cililitan, Pasar Minggu dan Lenteng Agung. Menurut Acep, daerah-daerah tersebut merupakan jalur besar yang banyak dilewati pengendara roda dua. Mereka kebanyakan para pegawai yang bekerja di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Acep mengakui, untuk membuka satu kios, dia harus menyediakan modal 60 juta rupiah. Dan investasinya ini pun membuahkan hasil yang tidak sedikit. Dalam sebulan, omsetnya rata-rata bisa mencapai 15 hingga 20 juta rupiah perkios. Dan kios yang berada di Lenteng Agung, omsetnya bisa mencapai lebih dari 30 juta perbulan. Selain aksesoris ringan, jaket menjadi dagangan Acep yang paling laris. Karena jaket yang dia tawarkan cukup murah dan beragam, mulai dari 30 ribu hingga 480 ribu rupiah, juga berkualitas bagus, dan modelnya pun selalu //trendy// khusus pengendara motor. Barang bagus ini, Acep datangkannya dari Untuk mendapatkan informasi seputar tren aksesoris yang ada, Acep harus terus memantau perkembangan keinginan pasar. Terutama perangkat yang sedang berkembang di kalangan //rider//. Sebab dari para //rider// inilah biasanya model-model aksesoris cepat berkembang. (rozi) boks Tips Berbisnis Aksesoris Motor
|
Jumat, 15 Februari 2008
Larisnya Aksesoris Motor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar