Jumat, 08 Februari 2008

Dari Jualan Kerupuk Menuju Makkah


Ali Said

Berkat ketekunannya di Koperasi Mahasiswa (Kopma) Universitas Islam Bandung, Ali Said berhasil merintis sebuah usaha travel haji dan umrah dengan bendera PT Dian Nusa Insani, bahkan ia menjadi Ketua I Asosiasi Muslim Penyelenggara Ibadah Haji (AMPUH) sekaligus menjadi Ketua II Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Kesuksesan yang diraih Ali tak semudah membalikkan telapak tangan. Sejak sekolah di tingkat SLTP, Ali sudah terbiasa berdagang, mulai dari dagang kerupuk hingga jualan barang-barang mebel milik ayahnya, Said, di Indramayu.

"Disela-sela belajar saya berjualan, memberikan pelayanan, mengecek kualitas barang. Orangtua mendidik saya berdagang. Saya dituntut bisa meyakinkan orang untuk menjual produk," ungkapnya kepada majalah Gontor saat ditemui di kantornya.

Ketika Ali sedang banyak belajar dari sosok sang ayah, Ali harus rela ditinggal ayahnya selamanya. Saat itu, Ali masih duduk dibangku kelas satu SMP. Roda perekonomian pun dikendalikan oleh sang ibu dan kakaknya. Namun karena semua kakaknya sekolah di luar kota, maka sang ibu pun berjibaku sendiri dibantu oleh Ali. "Akhirnya mebel ditutup karena tidak jalan dan beralih berdagang batik di pasar dan jualan kerupuk," ujarnya.

Biasanya, Ali berjualan kerupuk ke Majalengka dan Bandung saat liburan sekolah. Awalnya ia hanya membawa 1kwintal, lama-lama dagangannya laris dan bawaannya pun bertambah menjadi 4 kwintal.

Usai menamatkan belajarnya di bangku SMA, Ali melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Bandung (Unisba) pada 1987, meski saat itu pihak Pemda berharap kepada Ali agar kuliah di daerah sendiri sambil bekerja di Pemda dan melatih basket. Saat itu, Ali aktif diolehraga basket, bahkan ia mempunyai klub basket yang bisa diandalkan di Indramayu. Namun karena tekad Ali ingin menuntut ilmu dan mencari pengalaman di luar. Akhirnya ia putuskan menjadi mahasiswa di Unisba 1987.

Ali adalah sosok yang lincah. Ketika di SMP, ia menjadi ketua Pramuka disekolahnya. Begitu juga di SMA, ia menjadi ketua OSIS. Berkat pengalamannya di organisasi, Ali mudah bergaul dengan para mahasiswa senior yang ada di Unisba. Ia pun akhirnya aktif di senat mahasiswa menjadi ketua Bidang Litbang, aktif di HMI dan olahraga Perbasi.

"Jujur saja, ketika kuliah saya banyak dibantu oleh kakak secukupnya saja. Artinya untuk menambah penghasilan saya mencari sendiri, yaitu dengan jualan kerupuk dari koperasi ke koperasi, ternyata animonya bagus, akhirnya saya kembangkan ke koperasi pegawai PLN, Telkom, PT POS," paparnya.

Awalnya, Ali hanya membawa satu kardus untuk coba-coba, karena pesananya semakin banyak, akhirnya ia berhasil membawa kerupuk satu mobil pick up. "Dari sinilah saya mulai mendapatkan incame sendiri," ujarnya.

Ali memilih koperasi sebagai mitra dagangannya karena pengambilan hasil di koperasi lebih mudah dibanding dengan di pasar ritel. Di koperasi juga lebih aman karena hasilnya dipotong dari gaji karyawan yang menjadi anggota koperasi.

Kuliah jalan, organisasi jalan, bisnis pun jalan. Berkat keaktifannya, akhirnya Ali dipanggil Rektor Unisba, Ahmad Tirto Sudiro. Ternyata, ia mendapatkan amanah dari Rektor untuk menjalankan koperasi mahasiswa yang lama tidak berkembang.

Saat itu, koperasi hanya mempunyai aset berupa wartel dan deposito sebesar 15 juta. Namun Rektor berharap kepada Ali untuk tidak berharap banyak dari aset yang ada. "Kamu maju tidak melihat ini, kamu harus berangkat dari nol," ujar Ali menirukan Rektor.

Ali pun berpikir mendapatkan tantangan ini, lalu Ali memberikan persyaratan kepada Rektor, agar calon mahasiswa baru diwajibkan menyalurkan simpanan pokok wajib. Gayung pun bersambut, Rektor menyutujui syarat yang ia ajukan.

Akhirnya simpan pokoknya berhasil digalang dari mahasiswa baru sebanyak Rp 15 juta. Dari modal itu, ia gunakan untuk membeli ATK, mesin foto kopi. Lalu ia bekerjasama dengan para dosen, berupa penerbitan diktat bekerjasama dengan koperasi. "Saya pun melobi dengan penerbit-penerbit," katanya.

Setelah koperasi berkembang cukup pesat, akhirnya Ali meminta aset wartel untuk dikelola lebih baik lagi. Karena melihat kinerja Ali, Rektor pun menyerahkan aset wartel yang ada. Akhirnya koperasi ia kembangkan menjadi beberapa divisi, antara lain divisi penerbitan, ATK dan wartel. "Seteleh perkembagan koperasi cukup baik, akhirnya kami meminta aset yang Rp 15 juta untuk pelebaran koperasi," ujarnya.

Koperasi kian berkembang, bahkan omzet perbulannya saat itu mencapai Rp 12 juta dan berkembang lagi menjadi lagi Rp 21 juta. Dan sekarang omzetnya bisa mencapai Rp 60 juta perbulan, dengan aset sekitar Rp 300 juta.

Bagi Ali, menjalankan Kopma Unisba merupakan pengalaman berharga bagi pembentukan dirinya untuk merintis usaha-usaha berikutnya. Dari koperasi ini pula Ali banyak belajar berbisnis. Misalnya, melobi relasi, membangun jaringan, membuat invoice, berkomunikasi dengan konsumen dan meyakinkannya dan lainnya.

"Siapa menanam maka ia yang akan memetik." Demikian kata bijak yang sesuai dengan nasib Ali. Berkat keberhasilannya, Ali pun mendapatkan fasilitas dari koperasi berupa gaji bulanan, kendaraan dan lainnya. "Ini menambah semangat saya untuk mengembangkan koperasi ini," katanya.

Dalam menjalankan koperasi ini, Ali mengidentifikasi kebutuhan seluruh penghuni kampus mulai dari mahasiswa hingga dosen, mulai dari kebutuhan masuk kuliah hingga kebutuhan ketika mahasiswa akan menjadi alumni, semuanya dipersiapkan oleh Kopma.

Setamat dari Unisba, Ali mendapatkan penawaran menarik dari kampus ia belajar, yakni menjadi pembantu Rektor III dan bisa sambil kuliah lagi ke jenjang lebih tinggi sambil memanej Kopma. Lagi-lagi tawaran menarik ia tolak, pasalnya ia ingin mencari pengalaman di dunia luar kampus. Akhirnya Ali ke Jakarta memulai berbisnis.

Di Jakarta, Ali bergabung di sebuah lembaga pendidikan LP3I. Awalnya ia menjadi asisten Dirut. Sejalan dengan waktu, ia kemudian menjadi Sekretaris Corporate, lalu menjadi Direktur Pengembangan Usaha Nusa Group di LP3I selama 4 tahun.

Selain itu, Ali juga mengembangkan bidang usahanya pada travel haji dan umrah dengan badan hukum koperasi, ia sendiri menjadi Dirutnya. "Dari situ saya banyak belajar tentang bisnis travel berbasis koperasi. Alhamdulillah hasilnya cukup maju hingga akhirnya mempunyai jamaah sekitar 350 jamaah saat itu 1998," katanya.

Ali pun beruapaya untuk merintis sendiri usaha travel dengan bendera PT Dian Nusa Insani dan PT Gema Madinah Makkah. Ia pun menjadi komisaris di perusahaannya. Rata-rata, Ali memberangkatkan jamaah haji sekitar 100-200 orang.

Ternyata bisnis travel yang dijalankan Ali cukup mengalami kendala menyangkut beberapa kebiajakan yang sering berubah-ubah, baik dari pihak Saudi Arabia maupun Indonesia. Akhirnya pada tahun 1985, Ali bersama teman-temannya berinisiatif membuat asosiasi dengan nama AMPUH. Hal ini untuk melakukan bargaining dengan pemerintah terhadap kebijakan yang dikeluarkan, sebab jika dihadapi sendiri-sendiri oleh perorangan atau perusahaan akan mengalami kesulitan. Kini, AMPUH telah memiliki anggota ratusan badan penyelenggara haji (BPH).

Selain aktif dalam urusan pemberangkatan jamaah haji, Ali juga membuka usaha Maining dan trading, yang bergerak dalam hasil tambang seperti batubara dan besi. Dari usaha ini berdirilah PT Marimun Timber Industri yang juga bergerak dialat-alat berat. Sedangkan perusahaan yang Ali dirikan bernama PT Galih Rasiotama, banyak menangani masalah perkebunan kelapa sawit.

Ali juga mempunyai pabrik sepatu di wilayah Tangerang dan HPH. Saat ini, jumlah semua karyawannya sekitar 1500 orang. [] roji

1 komentar:

vitria mengatakan...

salut buat kang Ali Said..
Tanpa kerja keras beliau, Kopma Unisba takkan berjaya seperti saat ini..
sukses selalu